Anggreni pusing memikirkan Pandu suaminya yang tidak bekerja lagi, sejak keluar dari bengkel tempatnya bekerja setahun yang lalu. Padahal anak mereka Linggar sudah berumur 5 tahun, sebentar lagi akan memasuki usia sekolah. Untuk biaya hidup Anggreni harus numpang pada orang tuanya.
Akhir-akhir ini Pandu terlihat lebih sering berkumpul dengan teman-temannya yang suka berjudi. Dengan alasan buat modal, Pandu mulai menjual barang-barang mereka yang dibeli waktu Pandu masih bekerja, seperti Telivisi, Sepeda Motor dan ternyata uang hasil penjualannya digunakan untuk berjudi. Pandu selalu berharap akan menang judi dan menjadi kaya. Padahal berapapun uang yang dibawa Pandu untuk berjudi tidak pernah kembali, namun selalu kalah di meja judi.
Anggreni malu kepada ibunya, atas tingkah laku suaminya ini. Hingga Anggreni memutuskan untuk bekerja sendiri. Karena Anggreni juga masih muda, dan cantik pula. Anggreni diterima bekerja di sebuah perusahaan kosmetik untuk menjadi BA ( Beauty Advisor) yang ditugaskan di sebuah mall di kota Semarang, kota tempat tinggal mereka.
Jam kerja yang panjang membuat Anggreni menitipkan anaknya pada ibunya, karena suaminya kurang bisa dipercaya untuk mengurus Linggar , mengantar dan menjemput sekolah TK. Dan memberi perhatian layaknya anak-anak.
Pandu juga tidak berkomentar apa-apa ketika Anggreni pamit untuk bekerja, bahkan terkadang Anggreni sudah berangkat kerja namun Pandu belum juga bangun. Setelah semalaman begadang untuk main judi. Berkali-kali nasehat ibu dan istrinya tidak digubris. Maka mereka membiarkan Pandu seperti itu.
Kepiawian Anggreni menggait customer membuat banyak pelanggannya yang setia. Apalagi Anggreni sering mengajari para custamernya untuk berdandan dan berkosmetik yang benar. Penjualan yang melonjak drastis membuat Anggreni selalu mendapat pujian dari atasannya. Sehingga dalam waktu setahun Anggreni sudah diangkat menjadi BC (Beauty Consultan) di perusahaan kosmetik tersebut. Yang tugasnya bukan hanya melayani pembeli di toko namun juga mengadakan event-event untuk promosi kosmetik di berbagai tempat, baik di mall-mall maupun di kantor-kantor, maupun disetiap event yang diselanggarakan oleh perusahan kosmetik tersebut dengan menggandeng berbagai pihak terkait.
Kesibukan Anggreni yang semakain padat, apalagi sampai bertugas keluar kota, malah semakin membuat Pandu nyaman, karena segala kebutuhan hidup sudah dicukupi istrinya, tanpa dia susah-susah mencari nafkah lagi. Kegemarannya berjudi juga bisa terus berlanjut, karena dia bisa minta uang pada istrinya untuk modal berjudi. Anggreni seperti tidak berkutik pada suaminya, karena bagaimanapun ia sudah berjanji tidak akan meninggalkan suaminya itu.
Anggreni juga pandai merekrut orang-orang yang mau menjualkan kosmetik untuk dijual lagi. Dian , adalah salah satu orang yang rajin ikut menjualakan kosmetik Anggreni di teman-teman kantornya. Dengan demikian Dian akan memperoleh penghasilan tambahan selain gaji tiap bulan dari kantornya. Karena kesibukannya Dian sering minta tolong untuk mengambilkan kosmetik pesanan ke kantor Anggreni.
Karena terlalu sering Dian menyuruh suaminya, Agus untuk menemui Anggreni mengambil kosmetik, lama-lama antara Agus dan Anggreni menjadi saling akrab.
Dari sekedar ngobrol mereka akhirnya saling curhat tentang pasangan mereka masing-masing. Tentang suami Anggreni yang suka berjudi dan tentang istri Agus yang sering sibuk dengan pekerjaannya tanpa memperdulikan suaminya.
Kedekatan antara Agus dan Anggreni bukan hanya ngobrol di kantor, mereka sering terlihat bareng berdua di luar. Anggreni merasa nyaman bila ngobrol bersama Agus, lama-lama benih-benih cinta pun muncul di hati mereka berdua. Walaupun masing-masing sudah mempunyai pasangan yang sah. Dengan berbagai alasan mereka sering pergi keluar kota berdua.
Anggreni sudah mulai berbohong pada suaminya. Demikian juga Agus, dengan alasan tugas sering menghabiskan waktu berdua dengan Anggreni.
Dian, istri Agus mulai curiga pada suaminya yang dekat dengan Anggreni. Suatu hari Dian hendak mengambil pesanan kosmetik di kantor Anggreni, namun menurut teman-temannya Anggreni tidak masuk kerja hari itu karena sedang ke luar kota. Jadwal kepergian Anggreni sama dengan jadwal suaminya ke luar kota. Kecurigaan Dian semakin tinggi tatkala suaminya pulang , Dian langsung mengintrogasi suaminya.
“ Mas….keluar kota bersama Anggreni…”
“ Iya……”
“ Apa maksud Mas…….”
“ Tidak ada yang salahkan…bila istriku sibuk terus….dan ada wanita lain yang bersedia menemani aku…”
“ Mas…..apa maksudmu…..kamu mencintainya kah ..Mas…?”.
“ Iya……lama-lama …aku mencintainya, walaupun dia sudah bersuami…..”
Sejak pengakuan suaminya yang membuatnya sangat sakit hati itu, Dian pergi dari rumah dan menggugat cerai suaminya. Dia tak peduli lagi pada laki-laki yang pernah dicintainya itu, Dian hanya membawa anaknya Dani yang masih duduk di kelas 4 SD.
Perceraian Agus dan Dian berlangsung sangat cepat, karena keduanya sudah saling menginginkan berpisah.
Hubungan antara Agus dan Anggreni pun berjalan lebih intens dan leluasa. Pandu suami Anggreni pun sudah mengetahui desas-desus itu, namun Pandu memilih diam asal Anggreni masih pulang ke rumah.
Anggreni juga lebih mudah menuruti keinginan suaminya untuk membelikan sesuatu yang diinginkan. Bahkan berkat bantuan Agus, Anggreini bisa membuatkan persewaan Playstasion di rumah yang dikelola oleh suaminya. Tak jarang Anggreni pulang ke rumah sampai jam 11 malam dengan diantar oleh Agus sampai di rumah namun Pandu juga diam saja. Yang penting Anggreni bisa mencukupi kebutuhan Pandu dan anaknya. Itu saja yang dipikirkan Pandu, tak pernah menanyakan siapa Agus dan apa hubungannya dengan istrinya.
Hubungan cinta segitiga antara Pandu, Anggreni dan Agus sudah berjalan lebih dari 10 tahun. Dengan statusnya sebagai PNS Agus pun telah menempati kedudukan yang penting di kantornya. Agus membutuhkan istri untuk mendampinginya, bukan hanya sekedar di ranjang dan di rumah namun juga untuk mendapingi berbagai kegiatan di kantor yang butuh peran istri.
Hal ini diungkapkan Agus pada Anggreni, agar mereka bisa menikah resmi, maka Anggreni minta cerai pada suaminya. Karena Agus tak mungkin meningalkan Anggreni dan menikah dengan wanita lain. Agus sangat mencintai Anggreni, demikian juga Anggreni sangat mencintai Agus.
Anggreni pun meminta pada suaminya, Pandu agar menceraikannya. Namun diluar dugaan Pandu mengatakan : “ Aku tak bakal menceraikanmu sayang….kalau kamu hendak menikah dengan Agus menikahlah sana…..asal kamu masih pulang ke rumah dan juga masih menjadi istriku..”
“Iya….menikahlah dengannya kalau itu perlu untuknya…..”.
Pernikahan kedua antara Anggreni dan Agus pun berlangsung resmi di KUA, entah bagaimana caranya Anggreni bisa mendapat KTP dan persyaratan nikahnya. Yang jelas Agus dan Anggreni bisa melangsungkan pernikahannya. Yang jelas Anggreni menikah dengan Pandu yang seagama, sedang Anggreni menikah dengan Agus mengikuti agama yang dianut Agus.
Sejak saat itu Anggreni bisa tinggal serumah dengan Agus dengan tenang, dan juga mengikuti kegiatan Darma Wanita bagi istri-istri PNS, dan Anggreni pun sudah meninggalkan pekerjaannya sebagai BC kosmetik.
Untuk menepati janjinya terhadap Pandu , Anggreni tetap mengusahakan pulang ke rumah pada malam hari, untuk mengurus segala keperluan Pandu dan juga Linggar anaknya. Pagi hari bila urusan di rumah suaminya Pandu telah selesai , dia akan kembali ke rumah Agus dan menyiapkan segala keperluan Agus sebelum Agus pulang kerja.
Tujuh tahun telah berlalu, Linggar pun semakin tumbuh remaja. Dia tahu apa yang dilakukan ibunya itu hal tidak bagus. Linggar juga merasa asing dan jauh dari ibunya. Walaupun ibunya telah mencukupi segala keperluannya. Linggar menjadi remaja yang beringgas dan salah gaul. Di umurnya yang masih muda Linggar sudah mengenal sex, minum-minuman keras dan juga narkoba. Anggreni tak bisa menasehati anak semata wayangnya.
Kemarahan Linggar pada Agus semakin menjadi-jadi, karena Linggar merasa Aguslah yang telah mengoyak keutuhan dan ketenangan keluarganya. Walaupun Linggar tahu bahwa segala kebutuhan hidupnya dan juga ayahnya telah dicukupi Agus.
Dengan membawa sebilah pisau Linggar mendatangi kantor Agus, hendak menikam Agus dengan pisau yang dibawanya. Untunglah Agus sempat menghindar walaupun perutnya sedikit kena sobekan pisau Linggar. Teman-teman dan sekuriti sempat mengamankan Linggar sebelum akhirnya melepaskannya kembali.
“Tunggu………pembalasanku ….Agus..!!!!”.
Anggreni hanya bisa terpekur menangis, tak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anaknya. Karena dia menyadari bagaimanapun dia dalam posisi yang salah. Namun semua sudah terlanjur , rasanya sulit untuk lepas dari semua ini.
“Ya…..Tuhan……masih adakah jalan kebaikan bagi hamba…” keluh Anggreni yang telah lama melupakan Tuhannya.
sumber gambar :ini
Kudus, 8 Januari 2016
'salam fiksi'
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H