Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan Kedua

8 Januari 2016   21:46 Diperbarui: 8 Januari 2017   20:03 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuh tahun telah berlalu, Linggar pun semakin tumbuh remaja. Dia tahu apa yang dilakukan ibunya itu hal tidak bagus. Linggar juga merasa asing dan jauh dari ibunya. Walaupun ibunya telah mencukupi segala keperluannya. Linggar menjadi remaja yang beringgas dan salah gaul. Di umurnya yang masih muda Linggar sudah mengenal sex, minum-minuman keras dan juga narkoba. Anggreni tak bisa menasehati anak semata wayangnya.

Kemarahan Linggar pada Agus semakin menjadi-jadi, karena Linggar merasa Aguslah yang telah mengoyak keutuhan dan ketenangan keluarganya. Walaupun Linggar tahu bahwa segala kebutuhan hidupnya dan juga ayahnya telah dicukupi Agus.

Dengan membawa sebilah pisau Linggar mendatangi  kantor Agus, hendak menikam Agus dengan pisau yang dibawanya. Untunglah Agus sempat menghindar walaupun perutnya sedikit kena sobekan pisau Linggar. Teman-teman dan sekuriti sempat mengamankan Linggar sebelum akhirnya melepaskannya kembali.

“Tunggu………pembalasanku ….Agus..!!!!”.

Anggreni hanya bisa terpekur menangis, tak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anaknya. Karena dia menyadari bagaimanapun dia dalam posisi yang salah. Namun semua sudah terlanjur , rasanya sulit untuk lepas dari semua ini.

“Ya…..Tuhan……masih  adakah jalan kebaikan bagi hamba…” keluh Anggreni yang telah lama melupakan Tuhannya.

 

sumber gambar :ini

 

 

Kudus, 8 Januari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun