Â
Desember kala itu
kau tinggalkan aku
hanya lambaian tanganmu
mengurai derai air mataku
remuk rendam hatiku harus melepasmu
rinai hujan dan dingin malam bertambah kelabu
tak ada lagi dambaan tak ada lagi penghiburku terasa pilu
sepi setelah itu
iringi kepedihan hidupku
aku hanyalah seonggok mayat hidup
lembar-lembar kenyataan menyatu padu
seolah selesai sudah langkah dan nafasku
aku pasrahkan hidup matiku
hanya untuk menghamba-Mu
kutelusuri sudut-sudut Asma-Mu
tumpahkan air mata hanya di atas sajadah biru
saat dua pertiga malam syahdu
satu persatu tumpah pedihku
nikmat menyeruak dalam aliran darahku
Kau pilihkan jalan terbaik dalam hidupku
ternyata nikmat itu
bila aku patuh dan dekat dengan-Mu
Ya Roob-ku
aku malu pada-Mu
Â
Â
Â
Â
Kudus, 17 Desember 2015
'salam fiksi'
Dinda Pertiwi
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI