Dinda Pertiwi , No : 03
[caption caption="orang utan][/caption]Sudah sejak 3 bulan ini hutan rimba tempat keluarga Orang Utan ini terjadi kebakaran, entah siapa yang membakar terlebih dahulu, belum diketahui secara pasti.
Hawa panas dan asap yang memedihkan mata bukan hanya dirasakan dan mengganggu manusia saja. Keluarga Orang Utan yang biasa hidup di rimba pun merasakannya. Ruang gerak untuk mencari makan jadi berkurang, belum lagi banyaknya pohon buah yang ikut terbakar membuat banyak binatang pemakan buah di hutan kelaparan tak bisa mendapatkan makanan.
Demikian dengan keluarga Orang Utan ini yang terdiri dari bapak, induk yang sedang hamil tua dan 2 anaknya , Oti dan Ota. mereka memutuskan turun mencari tempat yang aman dan banyak makanan .
Setelah melakukan perjalanan lumayan jauh dan mereka belum mendapatkan makanan sama sekali, induk Orang Utan yang sedang hamilpun kelelahan dan tidak mampu lagi meneruskan perjalanan , belum lagi 2 anak mereka lebih suka bergelayutan di pundaknya dari pada berjalan sendiri, sangat melelahkan induknya.
“ Pak…… aku sudah tidak sanggup melanjutkan perjalanan lagi……sementara kita masih kelaparan belum ada sesuatu apapun yang bisa kita makan……baiknya kita beristirahat dulu disini sebentar…..semoga api tidak lekas menjalar sampai disini..” keluh induk Orang hutan itu pada suaminya.
“ Baik..mak….tunggu disini bersama anak-anak….aku akan mencari makanan dulu…di sekitar sini…yang bisa kita makan untuk menahan lapar itu…., baik-baiklah disini dulu…carilah tempat yang aman untuk berlindung dari kepulan asap dan incaran manusia….” Ujar bapak Orang Utan kepada istri dan anak-anaknya.
“ Iya…pak…aku akan menjaga anak-anak kita…..pergilah bapak…jangan jauh-jauh semoga segera mendapatkan makanan untuk kita….” Jawab induk orang utan pada istrinya.
“ Jangan jauh-jauh dari mak ya Nak…….bapak akan segera kembali setelah mendapatkan makanan…”.
“ Oke…pak.. kami tidak akan membuat emak kecapaian …..hati-hati ya Pak…” ucap anak orang utan Oti sambil lompat ke pundak bapak orang utan sambil mencium perpisahan…..bapak pun senang melihat tingkah anaknya, apalagi Oti biasanya bandel kali ini tampak nurut.
Sepeninggalan bapak, api dan asap semakin tebal terasa sudah deket dengan mereka, emak pun mulai kewalahan merangkul kedua anaknya Oti dan Ota yang kepanasan dan kelaparan.
“ Emak….. aku melihat ada buah yang bisa kita makan…aku akan mengambilnya sebentar mak….” Tukas Oti. Tanpa menunggu jawaban emaknya langsung melompat keluar untuk mendekati pohon nangka yang kelihatan berbuah kuning. Padahal ternyata pohon itu jauh dari tempat persembuanyian mereka, berkali-kali melompat Oti tidak bisa mencapai pohon nangka tersebut. Setelah agak dekat betapa kagetnya Oti karena ternyata bukan buah nangka yang tampak namun kobaran api yang menjilat-jilat ujung pohon nangka tersebut membuat seolah-olah bebuah kuning.
Oti pun lari menjauhi api tanpa tahu kemana arahnya. Karena kencang berlari, Oti hampir menabrak rombongan petugas pemadam kebakaran. Maka Oti pun oleh sesorang yang menjadi penyelamat hewan. Beruntunglah Oti segera mendapat perawatan oleh manusia.
*****
Bapak Orang Utan ternyata tidak mendapatkan makanan apapun di dalam rimba yang sudah hampir habis terbakar itu, sampailah bapak Orang utan di perbatasan ladang milik penduduk, yang terdapat aneka buah dan sayur. Bapak Orang utan tahu kalau itu tanaman penduduk tidak boleh diambilnya, namun disisi lain dia ingat akan anak dan istrinya yang sedang hamil di dalam hutan sedang menunggunya untuk membawa makanan. Bapak orang utan termanggu di pinggir ladang, antara mencuri buah-buahan penduduk atau anak istrinya akan mati kelaparan.
Sementara itu, penduduk mulai geram karena hasil ladang banyak yang dijarah binatang-binatang dari dalam hutan yang telah kesusahan pencari makan.
Penduduk beramai-ramai ingin menangkap binatang hutan itu dengan memasang jaring , agar binatang hutan bisa ditangkap dalam keadaan hidup.
Bapak orang utan yang termanggu antara mencuri atau tidak terjebak masuk dalam jaring. Penduduk pun beramai-ramai menangkap hidup-hidup bapak orang utan itu, yang besar badannya melebihi manusia. Bapak Orang Utan diserahkan ke balai konservasi Orang Utan untuk mendapat perawatan dan pemulihan. Namun ada sebagian penduduk yang geram karena banyak tumbuhanannya rusak ingin membunuhnya, syukurlah bisa dicegah oleh yang lain.
Di tempat penampungan bapak orang utan bertemu dengan anaknya Oti, yang sama-sama ada dalam pengawasan balai konsevasi Orang Utan.
“ Oti….kenapa kamu bisa sampai disini, bagaimana emak dan adikmu Ota…?”
“Saya tidak tahu karena tadi saya melihat ada buah nangka masak, tidak tahunya ternyata itu api dan saya ditangkap petugas pemadam kebakaran….maka sampailah saya disini Pak….”
“ Kasihan emak pasti dia menunggu kita, tapi bagaimana caranya agar mereka bisa selamat dan kita berkumul lagi “.
Tak lama kemudian petugas balai konservasi orang utan dan petugas pemadam kebakaran hutan menemukan induk orang utan dan Ota, dalam keadaan pingsang. Beruntunglah emak segera mendapat perawatan dan bisa melahirkan dengan baik dibawah pengawasan dan perawatan balai konservasi Orang Utan.
Mereka bisa bertemu kembali antara bapak, emak, Ota dan Oti serta adik yang baru lahir, walaupun mereka sudah tidak di dalam huan rimba lagi namun di balai konservasi Orang Utan.
Semoga kelak bila rimba sudah pulih keluarga orang utan itu bisa hidup bebas di dalam hutan rimba lagi sebagai habitatnya, bukan di dalam balai konservasi ini lagi.
Untuk melihat membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung dengan akun Fiksiana Community di group FB
sumber gambar : ini
Kudus, 7 November 2015
'salam Fiksi'
Dinda Pertiwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H