" Siaappp...!!! "
Semua menjawab dengan serentak.
" Kita semua yakin Pak Durno pasti menang...., semua sudah beres....yakinlah.....lawan kita tak ada apa-apanya..." Duki kembali menyakinkan Durno.
" Baiklah.....jangan lupa....jaga stabilitas dan kekuatan kalian masing-masing....jangan lupa untuk menjaga kesehatan juga..".
" Siaapp..!! "
Sejak pertemuan itu Pilkada hanya tinggal 2 minggu lagi. Hari tenang sudah dimulai....walaupun beberapa timses masih ada yang kasak-kusuk disana-sini.
Duki yang sejak dimulainya pengusungan Durno sebagai calon Gubernur jarang pulang ke rumah dan memperhatikan keluarganya, saat ini sudah ada waktu buat keluarga, istri dan anak-anaknya. Yang tak begitu mengerti kenapa suaminya sangat antusias dengan PILKADA ini, bahkan tabungan mereka sudah terkuras habis buat mendukung pencalonan Durno.
Karena terlalu kecapekan Durno akhirnya jatuh sakit. "Mungkin hanya kecapekan saja.." pikir Duki dia hanya mendatangi dokter terdekat untuk minta berbagai vitamin dan obat pusing saja.
Seminggu sebelum PILKADA berlangsung Duki kembali sibuk mengkoordinasi sana-sini sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Bahkan, inilah saat-saat paling sibuk dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Ketegangan pun terjadi ketika mendadak Duki merasakan ada yang tak beres di tubuhnya, Duki terjatuh dari kamar mandi sehari sebelum PILKADA berlangsung, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Ternyata Duki terkena serangan stroke dikarenakan jantungnya yang sudah tidak berfungsi dengan baik.
Mau tidak mau Duki harus masuk ICU untuk menyelamatkan nyawanya dia telah dipasangi berbagai alat medis, bahkan Duki sudah tidak mampu diajak komunikasi lagi. Hanya istri dan anak-anaknya yang setia menungguinya. Derasnya air mata Duki sambil menggenggap tangan istrinya, menandakan penyesalannya yang mendalam. Karena selama ini dia tak pernah memperhatikan istri dan anak-anaknya, namun istrinya selalu berbisik memberi semangat bahwa dia akan sembuh.Â