Suamiku, Ijinkan aku untuk jatuh cinta lagi
by : Dinda Pertiwi
Suamiku....
Engkau pasti ingat bukan, saat kita bertemu pertama kali, dan engkau langsung mengutarakan niatmu untuk menjalin hubungan serius denganku, entah kenapa aku hanya menunduk mendengar kata-katamu......waktu itu, aku seperti kehilangan kata-kata.... Dan esoknya engkau pun mengajakku untuk bertemu dengan keluarga besarmu, ibu dan kakak-kakakmu (karena kebetulan engkau anak bungsu), kakak-kakakmu pun langsung menyetujui hubungan kita. Sehingga ketika lusanya engkau balik ke kota tempatmu bekerja, Ibu dan kakak-kakakmu datang ke rumahku untuk melamarkan aku kepada Bapakku.
Sebulan setelah itu.....akhirnya ijab khobul pun dilaksanakan. Dengan Lafal yang lantang dan tegas engkau ucapkan ijab kabul itu pada bapakku....
di kamar dengan suara mikrophon yang jelas aku dengar itu, air mata buncah merusak riasan Bu Wid yang sudah dilakukan sejak abis subuh, syukurlah Bu Wid mau mengoreksi ulang riasannya itu. Hingga saat aku dipertemukan denganmu aku terlihat sangat ayu.
Sejak saat itu kita menjadi suami-istri, suamiku...
jiwaku .....adalah sedenting garpu tala di tembang kehidupan,
yang menemukan nada larasnya dengan satu nada lain, jiwamu....
maka kita mulai berpusar dalam simphoni Sunnah Rosullullah.
surgaku telah berpindah ada di rengkuhanmu, karena Rindhomu adalah Rindho Tuhanku...
karena ternyata engkaulah ternyata yang punya tulang rusuk itu....
Suamiku......saat itu engkau telah melakukan aqad dengan Tuhanmu, untuk membentuk keluarga yang sakinah, warahmah dan mawadah, untuk saling menyayangi lahir dan batin, untuk tidak saling menyakiti lahir dan batin, untuk memberi nafkah lahir dan batin, untuk membimbingku menuju syurga-Mu, untuk selalu lembut dalam perkataan, untuk santun dalam pergaulan, mesra dalam mengungkapkan keinginan, untuk saling merindukan, untuk tidak saling memaksakan kehendak, untuk tidak saling membiarkan, untuk tidak saling meninggalkan, untuk hidup bersama dengan rukun, harmonis dan bertanggung jawab, untuk membangun peradaban dengan segala bernama kebaikan.
Allah SWT.....turun menyaksikan dan mengamini aqadmu suamiku.....engkau telah berjanji bukan hanya di depan Bapakku, para saksi serta penghulu, tetapi engkau telah berjanji pada Allah SWT langsung, janji yang sangat kuat, engkau tidak akan pernah lupa kan suamiku.....( Insyaallah tidak)
Setelah itu dilanjutkan dengan Mauidzah Hasanah oleh Kyai Adnan yang sangat serius, tidak seperti yang biasa dilakukan dalam perlihatan pernikahan sekarang yang penuh cekikikan. Suamiku...masih ingat kan apa yang di katakan Kyai Adnan saat itu, bahwa aku telah menjadi pakaian untukmu, dan engkau menjadi pakaian untukku, kita harus saling melengkapi, kita harus seiring sejalan, karena aku bukan hanya sebagai "konco wingking" saja tetapi kita harus selaras sejajar dalam memperjuangkan rumah tangga kita, untuk menggapai Syurga-Nya.
Sejak saat itu...suamiku, aku jatuh cinta padamu.....
bukan cinta biasa, tapi cinta suci yang diberkahi Illahi...
cintaku mengalir terus menerus bagai anak-anak sungai yang bertemu pada muaranya..
detik demi detik....waktu demi waktu...
pada pelosok-pelosok negeri yang pernah kita singgahi
keterasingan yang semakin menguatkan cinta kita
pada pergantian siang dan malam yang selalu setia pada alurnya
semakin aku jatuh cinta kepadamu suamiku....
saat ini setelah delapan tahun berjalan....
cinta itu semakin tumbuh...semakin berkembang...semakin indah.....
bukan lagi hanya impian....tapi kenyataan...
fisikmu semakin sempurna dengan kematanganmu....
memutihnya rambutmu, kokohnya tanganmu, kerut di wajahmu...
kau biarkan matahari memanggang kulitmu, yang dulu halus dan lembut
karena tanggung-jawabmu sebagai suami...
Delapan tahun.....
saat belum juga hadir buah hati kita..
engkau kuatkan aku untuk selalu bersabar dan ikhlas...
engkau hibur aku dengan perhatianmu yang tak pernah putus....
engkau ajak aku untuk selalu bersyukur atas semua yang telah dilimpahkan Allah SWT pada kita.
engkau tetap setia dan tak ingin menduakanku....
engkau tetap jujur atas segala tingkah indah..
engkau tetap setia pada aqad nikah kita...
Suamiku....
ijinkankan aku untuk jatuh cinta lagi kepadamu...
lagi...lagi.....dan lagi.....
sebagaimana engkau juga telah menjaga cinta kita
dan marilah suamiku...
kita menyatukan cinta kita hanya pada Illahi.....
sampai saat nyawa berpisah dengan raga..
( catatan ini untuk suamiku tercinta, terimaksih atas cinta yang selalu mengalir untukku )
terimakasih inspirasinya sahabatku Ririn.
mlatilorkudus, 14 Mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H