Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Euforia Kembali Aktif Bukan Berarti Covid-19 Selesai

10 Juni 2020   10:26 Diperbarui: 10 Juni 2020   12:07 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah lebih 3 (tiga) bulan dirumah saja melaksanakan aktivitas kerja, sekolah/kuliah, dan beribadah wajar bila mengalami kejenuhan, kebosanan, dan kerinduan mendalam dengan aktivitas di luar rumah.

Sejatinya semua pembatasan melakukan aktivitas di luar rumah itu bukan untuk kepentingan pemerintah pusat maupun daerah, apalagi pejabat publik. Semua itu dilakukan demi untuk kepentingan bersama agar terhindar dan memutus rantai penyebaran Covid-19. 

Protokol kesehatan  arahnya untuk hidup sehat dan bersih dibuat pemerintah (departemen kesehatan). Sedang aturan hukum diberlakukan untuk melindungi semua warga negara, artinya pemerintah hadir untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Sebagai warga negara yang baik, wajib mentaati aturan hukum dan melaksanakan dengan penuh kesadaran, ikhlas, sabar, disiplin diri, dan tanpa paksaan. 

Semua aturan hukum dan protokol kesehatan itu diakui merepotkan, membuat tidak nyaman, saat melakukan aktivitas, namun harus dilaksanakan agar tetap sehat dan terhindar dari Covid-19 yang mematikan. Walaupun ada pendapat rejeki, jodoh, dan kematian itu menjadi hak prerogatif Sang Pencipta, Alloh SWT, tetap berusaha menghindari paparan Covid-19 wajib hukumnya. Oleh karena itu tindakan melawan aturan, marah-marah apalagi mentang-mentang melawan petugas yang sudah kecapean adalah tindakan yang sia-sia.

Percayalah rasa tidak nyaman dan kesan merepotkan ketika harus memakai masker, cuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak aman, menahan salaman, cipika-cipiki, kumpul-kumpul dan keluar rumah, kalau sudah terbiasa pasti bukan menjadi "beban" berat. Seperti pepatah mengatakan:"Alah bisa karena biasa", artinya sesuatu yang awalnya dirasakan sulit bila sudah biasa dikerjakan akan menjadi mudah. 

Jadi mengapa harus mempersulit sendiri dengan melawan aturan yang sudah ditentukan. Selain membuang energi sia-sia bila harus berdebat, apalagi melawan petugas, bila sampai viral malu rasanya dilihat banyak orang, kecuali sudah hilang rasa malunya. Apalagi dilakukan oleh orang yang seharusnya menjadi panutan, tokoh masyarakat, public figure.

Bulan Juni masa transisi PSBB, setelah melalui kajian cermat, hati-hati, tetap waspada dengan pandemi Covid-19, secara bertahap boleh melakukan aktivitas normal dengan kebiasaan baru (new). Artinya normal saat ini beda dengan normal sebelum ada Covid-19. Jadi melakukan aktivitas normal dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sesuai dengan protokol kesehatan, mengingat Covid-19 yang tidak terlihat mata telanjang masih ada di sekitar kita. 

Covid-19 belum selesai, tetapi roda perekonomian harus bergerak, sehingga kembali aktif dan produktif sesuai dengan protokol kesehatan. Inilah yang dikatakan hidup berdamai, berdampingan dengan Covid-19, sebelumnya prinsip kita bisa lawan Covid-19.  

Memasuki periode New Normal, kita harus siap dengan kehidupan yang tidak lagi seperti dulu seperti sebelum ada Covid-19. Hal ini perlu sosialisasi, komunikasi, edukasi kepada masyarakat secara terus menerus supaya tidak salah persepsi, dengan bahasa yang mudah dipahami. Ada anggapan sebagian masyarakat yang "merasa" stay at home seperti "memenjarakan" aktivitas di luar rumah dilarang, padahal melindungi masyarakat  supaya tidak terpapar Covid-19. 

Diakui sebagain masyarakat lainnya taat, patuh, mengikuti aturan, dan bertahan dirumah saja dengan segala plus minusnya serta penuh harap agar Covid-19 berakhir. Namun yang terjadi Covid-19 belum selesai, baru diumumkan masa transisi, antusiasme masyarakat sepertinya sudah tidak terbendung untuk kembali beraktivitas di luar rumah.

Masalahnya, saat berlaku PSBB pun mereka mengelabuhi, kucing-kucingan dengan petugas dan tidak mematuhi protokol kesehatan. Ketika dengan penuh pertimbangan diberlakukan masa transisi menuju new normal, euforia masyarakat tak terelakkan. Sampai muncul hastag #terserahindonesia maupun #indonesia terserah menggema di media sosial. Tagar beserta gambar petugas medis dengan APD lengkap membawa kertas bertuliskan Indonesia ??? Terserah !!!, menjadi viral sebelum lebaran lalu.

Ternyata baru dilakukan persiapan new normal dengan protokol kesehatan untuk fasilitas umum, pasar, cafe, mall, tempat ibadah, kantor, sekolah, sebagian masyarakat sudah keluar rumah dengan rasa suka cita. Seperti lepas dari pingitan, mengabaikan protokol kesehatan, lupa masih ada pandemi Covid-19. Alasan untuk olah raga, jalan-jalan, gowes, berkerumun, tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, semua mereka lupakan. Seperti yang terjadi Yogyakarta hari Sabtu dan Minggu tanggal 6 dan 7 Juni 2020 para goweser banyak yang tidak memakai masker dan berkerumun di titik nol dan sepanjang Malioboro.

Melihat kenyataan ini Gubernur Propinsi DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X tanggal 8 Juni 2020 pasca Rapat Paripurna dengan DPRD mengeluarkan pernyataan:"Saya minta kesadaran mereka di Malioboro dan dimanapun berada. Kalau minggu depan ada yang kumpul-kumpul tanpa mematuhi protokol pencegahan Covis-19, akan saya bubarkan karena resiko terlalu besar. Jangan sampai saya close Malioboro atau titik-titik lain yang rawan pengunjung kalau tidak patuh aturan".  

Jadi sebaiknya kita tetap mentaati peraturan untuk menghadapi New Normal dengan disiplin sesuai protokol kesehatan, bukan saja untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, tetapi juga untuk lingkungan sosial kita. Kembali aktif dan produktif  bukan berarti menggabaikan dan menyepelekan keberadaan Covid-19. Dengan demikian kita secara tidak langsung turut membantu para tenaga kesehatan, TNI/Polri, Kamtibmas, yang sudah berkorban tenaga, waktu, pikiran, bahkan jiwa dan raganya.

Yogyakarta, 10 Juni 2020 Pukul 08.52     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun