Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahasa Daerah untuk Sosialisasi Bahaya Covid-19

8 April 2020   20:27 Diperbarui: 8 April 2020   21:25 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya bahasa sehari-hari yang disampaikan oleh pimpinan formal dan non formal (tokoh adat, ulama, kyai, pendeta, pastor, bhiksu, wen shi), lebih di dengarkan dan dipatuhi oleh pengikutnya. 

Bahasa daerah yang disampaikan melalui komunikasi persuasif  (membujuk secara halus) lebih mudah dipahami dan dimengerti daripada komunikasi represif (menekan, mengekang).

Tidak ada kata terlambat untuk bersama-sama melawan Covid-19, walaupun korban meninggal dan orang yang terpapar semakin masif bertambah terus setiap hari. Gerakan cepat, dengan strategi tepat menjadi harapan masyarakat dalam menghadapi ketidak pastian kapan berakhirnya wabah ini. 

Ketika sudah ada warga yang disiplin mentaati himbauan pemerintah dengan belajar, bekerja, beribadah di rumah, dengan berdoa, berharap kondisi ini segera berakhir dan wabah Covid-19 lenyap. 

Namun disisi lain masih warga karena "terpaksa" harus berkegiatan di luar rumah demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Andaikan disuruh memilih mereka akan mengikuti tinggal di rumah, namun kebutuhan perut mengalahkan ketakutan dan kekhawatiran terpapar Covid-19.  

Menghadapi situasi seperti ini, para relawan cepat bergerak baik sendiri maupun terkoordinir membuka dompet peduli, memberi bantuan nasi bungkus/box, beras, minyak, telur, mie instan kepada pengendara ojol, tukang sapu jalanan, buruh bangunan, petugas kebersihan, tukang  parkir, tukang becak, penjual koran eceran. 

Jiwa gotong royong menghilangkan sekat agama, politik, budaya, lingkungan sosial, komunitas. Para medis sebagai garda terdepan yang kekurangan APD, masker dan mendapat perlakuan/stigma masyarakat yang menolak pulang ke rumah/kosnya, perlu mendapat bantuan.

Kesadaran perikemanusiaan itu muncul apabila disampaikan dengan bahasa yang sejuk, enak didengar, menyentuh sanubari terdalam sehingga tergerak hatinya untuk memberikan sebagian kecil hartanya. 

Selain itu penyampaian penjelasan tentang Covid-19 secara terus-menerus yang dilakukan para tenaga medis, tokoh masyarakat, tokoh agama dengan bahasa, istilah, dan peragaan yang mudah dimengerti, mereka pasti mentaati himbauan dari pemerintah. 

Berubah perilaku hidup bersih dengan cuci tangan memakai sabun, menyantap makanan sehat bergizi seimbang, menutup mulud dan hidung saat batuk dan bersin, jaga jarak aman, tinggal di rumah. Artinya masyarakat paham betul tentang Covid-19, cara pencegahan dan penanggulangannya.

Selama ini informasi yang beredar dimasyarakat kurang lengkap, ditambah dengan berseliweran hoax lewat smartphone secara tidak terkendali. Walaupun pihak berwajib sudah melakukan patroli penyebar hoax dan menangkap para pelakunya untuk dikenai sangsi pidana, namun informasi simpang siur itu masih marak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun