Diakui, untuk menjadi ibu seutuhnya tidak pernah ada sekolah formal yang menghasilkan ibu ideal. Jadi calon ibu dan ibu muda lebih banyak mendapat ilmu tentang keibuan dari nenek moyang dan lingkungan sosialnya.Â
Beruntung kalau mendapat lingkungan sosial yang baik dan benar, karena ada juga lingkungan sosial yang justru "menghilangkan" peran keibuan. Apalagi di era digital ini semua dilakukan dengan sentuhan layar di smartaphone.
Oleh karena itu kalau ada anak bermasalah dapat kiranya ditelusuri bagaimana kehidupan keluarga intinya dan "kehadiran" ibu dalam keluarga tersebut. Kenapa ini penting ?Â
Anak milenial saat ini sering merasakan orang tua tidak hadir dalam hidupnya. Walaupun serumah tetapi masing-masing mempunyai kesibukan dan kegiatan sendiri.Â
Ada tetapi tidak ada, dan yang tidak ada serasa ada di dekatnya. Kondisi ini berakibat jiwa-jiwa anak yang kosong, gersang nasehat, teladan perbuatan dan perkataan baik.Â
Akibatnya anak semakin jauh dari dunia nyata dan lari ke dunia maya. Padahal di dunia maya yang nir filter semua informasi dapat masuk dengan leluasa sehingga mudah terpapar hoaks, pornografi, dan propokasi.
Munculnya SDM unggul tidak harus dari keluarga kaya harta syarat fasilitas untuk akses pendidikan, informasi, kesehatan, tetapi dari keluarga miskin pun mempunyai kesempatan. Modalnya adalah  kasih sayang, kehangatan, komunikasi, dan teladan dari orang tua.Â
Tengoklah para anggota Paskibraka Nasional yang jumlahnya 68 orang sebagai generasi unggul, berasal dari keluarga yang beragam. Juga para remaja yang telah berhasil menjadi pemenang lomba tingkat nasional dan dunia di bidang sains dan teknologi. Satu kuncinya, yaitu semangat pantang menyerah, berjuang, berusaha dan berdoa. SDM Unggul, Indonesia Maju.
Yogyakarta, 21 Agustus 2019 Â Pukul 10.13 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H