Menulis itu kegiatan olah pikir, ide/gagasan yang dituangkan dalam tulisan agar dapat dibaca dan dipahami orang lain. Ada ide yang dapat dibaca, tetapi susah dipahami karena pilihan kata dan susunannya yang kurang tepat.Â
Sebaliknya pilihan kata dan susunannya bagus tetapi kering ide apalagi memberi inspirasi. Idealnya, tulisan itu mudah dipahami, isinya memberi inspirasi kepada pembacanya, sehingga menjadi pilihan editor Kompasiana. Kenyataannya memang berbeda sekali tulisan populer sekalipun, dengan tulisan di blog.
Sebagai penulis pemula di blog Kompasiana masih menyesuaikan dengan pilihan kosa kata yang sering digunakan para blogger. Berdasarkan pengamatan, ternyata para blogger lebih banyak menggunakan bahasa gaul, populer, bahasa sehari-hari seperti dalam bertutur kata secara lisan.
Para blogger yang didominasi generasi milenial lebih familiar menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dimengerti, mengalir begitu saja seperti obrolan dengan lawan bicara. Kelebihan generasi milenial memang piawi menggunakan kata-kata puitis, yang indah, dan mempesona. Mereka sering menulis karya sastra seperti puisi, cerpen, dan novel.
Oleh karena itu sejujurnya saya tidak terlalu PD (pede) masuk dalam komunitas K-JOG dimana para blogger di Yogyakarta berkegiatan dan gudangnya para blogger berprestasi. Bagi saya pribadi sebutan sebagai blogger itu terlalu berat, mengingat baru sebagai pemula.Â
Modal utama masuk menjadi komunitas K-JOG hanyalah semangat untuk belajar dan belajar, mengingat perbedaan usia yang sangat jauh. Prinsipnya "Malu bertanya sesat di jalan", yang berarti  segan untuk bertanya akan rugi sendiri karena tidak dapat menemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi.
Pernah salah satu pengurus K-JOG bertanya: "Ibu sering menulis, dan ikut lomba blog? Pernah mendapat juara?"Â Saya jawab dengan jujur: "Menulis sering di media cetak, mengikuti lomba karya tulis dan hibah kompetisi, dan sering mendapat juara". Untuk lomba blog sering mengikuti tetapi belum pernah mendapat juara".Â
Ternyata sering menang di lomba karya tulis ilmiah populer, belum tentu sukses/jaminan menulis lomba di blog. Mengapa?
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, menulis artikel, karya ilmiah populer, dan proposal hibah sudah ada aturan baku (EYD) dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan berarti menulis di blog itu dapat seenaknya (tetap mengacu pada kepatutan dan etika kepenulisan).Â
Menulis di media blog termasuk untuk lomba, bahasanya lebih praktis, mudah dipahami, dimengerti dan seperti bercerita (obrolan) yang ditulis. Mengalir begitu saja, ringan, dan tidak perlu ada tafsir ambigu dan menyesatkan. Bahasa yang lugas, apa adanya, bahasa dialog sehari-hari, bukan bahasa yang kaku dengan istilah yang susah dipahami.
Biasanya karya yang sering menang lomba blog, selain pilihan kata-kata yang tepat juga seperti ada alur cerita yang mengalir sangat runtut, memberi penjelasan ataupun menginspirasi. Selain itu juri lebih tertarik manakala tulisan blog itu ada ilustrasi, foto, gambar, yang diambil langsung dari tempat yang menjadi obyeknya.Â
Artinya memang blogger sebelum menulis melakukan survei lokasi dan melihat kegiatan yang dilakukan. Hal ini dapat memperkaya ide, dan menambah bobot isi tulisan, sehingga dapat membuka wawasan pengetahuan para pembaca.Â
Masalahnya para juri dalam blogger tidak pernah memberi presentase dan poin apa saja yang dinilai. Misalnya kesesuaian judul dengan tema berapa persen, kesesuaian judul dengan isi berapa persen, kesesuaian ilustrasi dalam tulisan prosentasenya berapa.
Ketentuan lomba blog hanya mencantumkan syarat umum misalnya tema, tanggal periode lomba, panjang tulisan tidak melebihi 1500 kata, bentuk tulisan (opini, pengalaman), wajib mencantumkan label. Dalam ketentuan lomba selalu tercantum: "Tulisan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tema lomba tidak bisa diikutkan lomba", dan "Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat".Â
Jadi kalau ingin menang dalam lomba blog, perhatikan isi tulisan yang "layak" mendapat juara pertama, sebagai referensi untuk mengikuti lomba blog. Kalaupun belum menang, pastinya ada tulisan dari blogger lain yang lebih baik.Â
Apapun keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat, jadi ikuti saja aturan main dan ketentuan yang sudah dibuat oleh panitia dan juri. Â
Selalu harus diingat, bahwa lomba blog sangat berbeda dengan karya tulis. Belajar untuk mengikuti selera kaum milenial yang menulis dengan bahasa tutur, lisan untuk lomba blog.Â
Berlatih dan belajar terus menulis di blog kroyokan seperti di Kompasiana ini, adalah lebih baik daripada patah semangat dan tidak menulis sama sekali. Tidak perlu putus semangat, walaupun belum pernah menang lomba dengan hadiah yang keren dan menggiurkan. Semuanya itu disikapi dengan arif dan bijaksana, dengan berucap: "belum rejekinya, dan ada peserta lomba blog yang tulisannya layak mendapat juara".Â
Yogyakarta, 27 Maret 2019 Pukul 17.25 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI