Walaupun para pedagang jarang yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, tetapi sudah  langsung mempraktekkan konsep "custumer service''. Menurut Zeithaml (2006), yang mengatakan:"Pelayanan adalah sebuah perbuatan, proses, dan kinerja untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan orang lain sesuai dengan ekspektasinya atau bahkan melebihi ekspektasi orang tersebut".Â
Penyampaian secara excellent/superior/prima, yang melebihi harapan konsumen, sehingga menyebabkan kepuasaan pada orang yang dilayani. Hal demikian ini sudah sering dilakukan di institusi yang "menjual jasa", sehingga pelayanan menjadi fokus untuk memberi kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan itu dengan memberi nilai tambah dalam bentuk rasa nyaman, senang, ketepatan, dan kecepatan waktu.
Kepuasaan itu abstrak (intangible/tidak berwujud), tetapi dapat dirasakan dan dinikmati. Kedatangan pelanggan dipasar tradisional disambut dengan suka cita para pedagang, sebaliknya ketidak hadirannya sangat ditunggu-tunggu dan dirindukan. Kondisi ini saling menguntungkan, karena pelanggan pasti mendapatkan barang-barang berkualitas, dan penjual dagangannya laris.Â
Walaupun telah terjadi "pergantian" harga (baca kenaikan harga), bukan halangan untuk membelinya. Pastinya pelanggan mengikuti pergantian harga barang di pasar tradisional yang diakui sangat fluktuatif. Bahkan penjualpun bisa merugi, karena stok barang melimpah yang dibeli saat harga naik. Sementara telah terjadi penurunan harga karena ada intervensi pemerintah dengan operasi pasar.
Pasar tradisional memang eksotis, memiliki daya tarik yang khas dengan aneka buah-buahan, sayur mayur yang masih segar dari pemilik kebun. Aneka jajan pasar yang mulai langka seperti "ongol-ongol, gompo, grontol, entok-entok, upih, gatot tiwul, getuk, nasi tumpang, tempe benguk'',  karena tidak  ada generasi yang melanjutkan. Setiap pasar tradisional mempunyai makanan khas di daerah, yang membuat rindu para perantau ketika pulang kampung saat liburan/lebaran. Keramahan penjual di pasar tradisional menjadi daya tarik tersendiri bagi orang asing.Â
Tidak heran bila kesibukan di pasar tradisonal menjadi destinasi wisata baru bagi wisatawan asing, mengingat di negara asal tidak pernah menemukan suasana seperti itu. Inilah salah satu alasan pemerintah mempertahankan pasar tradisional, ditengah gegap gempita era disrupsi 4.0
Yogyakarta, 18 Maret 2019 Pukul 20.47
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H