Hiruk pikuk penerimaan CPNS tahun 2018 sudah sampai tahap pemberkasan bagi yang dinyatakan lolos seleksi secara bertahap, penuh perjuangan, dan persaingan super ketat. Selamat bagi yang diterima sebagai "aparatur negara", abdi masyarakat. Perlu diingat, PNS di era Revolusi Industri 4.0 ini menghadapi tantangan sekaligus peluang yang tidak dapat dihindari.Â
PNS bukan lagi di "zona nyaman" (comfort zone), tetapi harus berinovasi, berkreasi, kompeten, berdaya saing, dan mempunyai integritas tinggi.
Seleksi bertahap yang menguras energi dan emosi, sebagai tahap untuk mendapatkan calon PNS yang sesuai ekspektasi pemerintah dalam mewujudkan reformasi birokrasi.
Bagi yang belum lolos seleksi CPNS, tetap semangat belajar dan menyusun strategi untuk megikuti seleksi pada kesempatan lain.
Gagal PNS tahun ini bukan berarti hilang harapan untuk memanfaatkan ilmunya. Masih ada kesempatan mendaftar di BUMN, perusahaan multinasional, perusahaan swasta, atau menciptakan usaha mandiri. Intinya bekerja sesuai "passion" lebih memberi makna dan manfaat dibandingkan yang asal-asalan.Â
Walaupun diakui mendapatkan "passion" itu tidak instan, tetapi melalui proses dan pengalaman dari kegagalan yang telah dialami. Seperti pepatah, pengalaman adalah guru yang terbaik. Walaupun itu berupa kegagalan.
Dalam kehidupan ini bekal pengalaman perlu, agar tidak mengulangi kesalahan yang kedua kalinya. Keledai pun tidak akan jatuh di lubang yang sama, karena sudah pengalaman jatuh.
Kembali ke CPNS yang sudah dinyatakan diterima, dan sudah melengkapi pemberkasan tinggal menunggu panggilan untuk aktif bekerja. Tentu ada jeda waktu antara pemberkasan dan mulai aktif masuk kantor. Tetapi pertanyaannya, adakah persiapan khusus yang menguras energi seperti ketika akan mengikuti seleksi?
Jawabannya, ada. Persiapan memang diperlukan, tetapi tidak seberat dan sekeras ketika menghadapi seleksi administrasi, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), dan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).Â
Sudah dinyatakan lolos lubang jarum patut sangat disyukuri, karena awalnya yang lolos SKD hanya 10 persen. Namun ketika ada ketentuan dari Menpan baru, yang awalnya tidak lolos ternyata bisa lolos. Menghadapi SKB yang bersaing ketat untuk mendapatkan kursi CPNS.
Tahap akhir keputusan berdasarkan ranking nilai tertinggi, di sini hanya ada kekuatan doa dan faktor "garis tangan", dan campur tangan Allah SWT yang menentukan.
Bila sudah lolos tahap seleksi akhir, berarti berhak mendapat sebutan CPNS, dengan bukti Surat Keputusan (SK) pengangkatan pertama dalam acara seremonial.
Kemudian barulah sampai pada hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh para CPNS, seperti sebagai berikut:
Pertama meluruskan niat untuk mendarmabaktikan pikiran, tenaga, emosi, di instansi yang sudah dipilih sejak dari awal, mengingat akan menjadi "rumah kedua" untuk menjalani karier dimulai dari level paling bawah sesuai dengan ijazah yang dipakai saat melamar pekerjaan.
Kemudian bersedia melaksanakan kewajiban sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi), dengan penuh rasa tanggung jawab, amanah, jujur, kredibel, disiplin, inisiatif, berintegritas dan semangat tinggi mengikuti aturan main yang sudah ditentukan.
Ketiga, setelah kewajiban dilaksanakan tentu akan mendapatkan hak sebagai CPNS (gaji) sebesar 80 persen. Lalu setelah mengikuti diklat pra jabatan sebagai syarat untuk diangkat sebagai PNS dengan SK PNS, akan mendapat gaji penuh 100 persen sesuai dengan pangkat dan golongan yang dimiliki, plus tunjangan istri/suami/anak, tunjangan kinerja, tunjangan profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Keempat, Berkelakuan sopan santun, ramah, menghormati yang lebih tua, menghargai lebih muda, menyesuaikan dengan lingkungan sosial baru, namun tetap mempunyai prinsip.
Perlu diingat untuk tidak terbawa arus dan pengaruh "negatif", berhati-hati (bukan curiga) dalam menjalin pertemanan, membaca hati orang lain itu perlu instuisi kuat. Peganglah prinsip:"mempunyai seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak."
Berbuat baiklah kepada semua orang, karena perbuatan baik itu akan berbuah kebaikan. Siapa menanam akan memetik hasilnya, menanam kebaikan akan memetik kebaikan, sebaliknya menanam keburukan akan mendapat celaka.
Kelima, amati sikap, karakter, perilaku, kepribadian orang-orang dilingkungan kerja, lingkungan sosial. Berdasarkan pengamatan, "air beriak itu tanda tidak dalam", "tong kosong berbunyi nyaring".
Ada model teman kerja yang banyak omong sedikit bekerja, sebaliknya bila ada yang rajin bekerja dan berprestasi pasti ada orang yang "iri hati" dan mencurigai.
Hati-hati juga dengan model orang yang suka "melempar batu sembunyi tangan", atau menusuk dari belakang. Untuk dapat mengetahuai orang-orang model ini perlu berinteraksi dan berkomunikasi.
Keenam, manajemen gaji dengan membuat perencanaan keuangan dalam memenuhi kebutuhan hidup, keluarga, sosial, transportasi, perumahan sehingga tidak "besar pasak daripada tiang". Hindarkan kartu kredit yang mendorong hidup konsumtif dan boros.
Selanjutnya, bagi yang ditempatkan di luar daerahnya sendiri, perlu mempersiapkan dan memikirkan tempat tinggal sementara dan atau tetap, jarak tempuh, jenis transportasi, keamanan dan kenyamanan lingkungan. Pikirkan tempat tinggal dekat dengan fasilitas publik (sekolah, pasar, rumah sakit/poliklinik, tempat ibadah).
Lalu, menjaga nama almamater dimanapun berada, karena dipundak itu selalu menempel predikat almamater. Baik dan buruk perbuatan yang dilakukan ditempat kerja dapat berpengaruh dengan almamater.
Dan terakhir, tetap menjalin silaturahmi dengan teman seangkatan, seperjuangan, senasib dan sepenangungan ketika masih kuliah. Memperluas jejaring pertemanan (networking), tanpa membedakan asal daerah, warna kulit, agama, pilihan politik, jenis kelamin, usia.
Demikian persiapan bagi PNS baru yang memulai meniti kariernya di institusi yang berbeda budaya kerjanya.
Semoga selalu sukses dan lancar semuanya.
Yogyakarta, 28 Januari 2019 Pukul 23.28
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H