Membaca buku saja tidak cukup karena suami dan keluarga ibu hamil harus terlibat langsung dalam upaya menjaga kesehatan ibu dan anak. Suami dan keluaga "siaga" menjadi kekuatan moral tersendiri bagi ibu hamil untuk menyiapkan persalinan, perawatan, pengasuhan, dan pendidikan generasi penerus.
Buku ini harus selalu dibawa pada saat berkunjung ke fasilitas kesehatan, dan tidak perlu malu untuk bertanya kepada dokter, bidan, perawat, petugas kesehatan, kader kesehatan, saat berkunjung ke Posyandu, kelas ibu hamil, kelas ibu balita, ke pos PAUD, BKB. Oleh karena itu para ibu hamil perlu k merawat agar buku KIA tidak rusak dan hilang.Â
Menjadi kewajiban tenaga kesehatan untuk menjelaskan isi buku KIA kepada ibu, suami dan keluarga untuk menerapkannya. Intinya buku KIA ini sebagai buku "pintar", rujukan bagi ibu hamil termasuk suami "siaga" dan keluarganya. Harapan lainnya kehidupan sehat sejahtera untuk semua usia sesuai Sustainable Development Goals (SDGs), sebagai kelanjutan Millennium Development Goals (MDGs).Â
Gerakan membaca buku KIA ini sebagai usaha yang perlu didukung secara luas dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, mengingat persoalan kesehatan ibu dan anak bukan hanya persoalan perempuan tetapi suami, keluarga, dan lingkungan sosialnya.
Yogyakarta, 24 Januari 2019 Pukul 20.21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H