Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpustakaan sebagai Tempat Ideal untuk Menulis

16 Agustus 2018   11:37 Diperbarui: 16 Agustus 2018   11:55 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya menyediakan ruang baca di lantai 21 untuk umum, segala usia dengan ruangan yang bersih, terang, sejuk, dan pelayanan menyenangkan. Selain itu di laintai 24 ada spot pemandangan Monumen Nasional (Monas), dan Jakarta Pusat dari atas.

Intinya datang ke Perpustakaan Nasional tidak ada ruginya. Bukan hanya untuk selfi, namun ada ilmu pengetahuan yang dapat digali untuk memberi manfaat bagi kehidupan.

Perpustakaan selain menyediakan referensi yang diperlukan untuk bahan menulis, juga menjadi tempat ideal untuk menulis skripsi, tugas kuliah, buku, dan kompasiana. Namun ironis, para pustakawan, karena terlalu sibuk memberi pelayanan di perpustakaan, tidak mempunyai waktu untuk menulis. Padahal di tempat kerjanya itu menjadi "surga" untuk menulis yang menyediakan berbagai bahan refensi.

Padahal pustakawan juga dituntut untuk menulis, minimal membuat karya tulis untuk dinilaikan kepada tim penilai angka kredit bila akan naik jabatan/pangkat. Jadi pustakawan seperti peribahasa: "bagaikan ayam mati di lumbung padi", artinya mempunyai kesempatan, tetapi tidak mengetahui potensi diri yaitu menulis.

Seorang penulis novel selevel Hanum Salsabila Rais, penulis buku-buku best seller  "99 Cahaya di Langit Eropa", "Bulan Terbelah di Langit Amerika", "I am Sarahza", terispirasi untuk menulisnya setelah diajak suaminya ke perpustakaan ketika di Eropa tugas belajar.

Waktu luangnya mendampingi suami tugas belajar dimanfaatkan untuk menghasilkan karya besar yang diangkat dalam film layar lebar. Semua itu berawal dari perpustakaan, jadi ada peran perpustakaan untuk menjadikan seseorang menjadi besar.

Diakui atau tidak perpustakaan dan pustakawan, ada andil walaupun sebesar biji zarah. Jadi jangan biarkan waktu luang hilang begitu saja, kalau belum pernah ke perpustakaan, coba luangkan waktu sebentar saja, menggali apa yang ada di perpustakaan.

Tingkat literasi di Indonesia, hanya dapat meningkat sangat tergantung pada setiap individu untuk membuat "resolusi dan revolusi". Perlu kebulatan tekad, dan daya juang tinggi untu mewujudkannya, tidak ada proses yang mengkhianati hasil. Percayalah, dan bersabarlah !

Yogyakarta, 16 Agustus 2018 Pukul 11.34

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun