Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menunggu Suara "Duul" Pertanda Buka Puasa Ramadan

3 Juni 2018   10:18 Diperbarui: 13 September 2018   08:36 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa Ramadan yang paling dinanti, khususnya anak-anak adalah saat berbuka puasa. Sambil menunggu waktu dimanfaatkan untuk bermain ala anak-anak zaman “old”yang sekarang disebut sebagai permainan tradisional. Bekelan (untuk anak perempuan), “ganjilan” dengan karet (laki-laki dan perempuan), engklek, dakon (congklak), gobak sodor, kelereng (anak laki-laki), petak umpet, main egrang, gasing, bentik (gatrik), kasti, layang-layang, lenggang rotan, lompat tali, masak-masakan/rumah-rumahan, perang-perangan.

Permaianan tradisional ini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak zaman “now”, karena gadget sudah menguasai mata, tangan, pikiran, dan perhatian anak-anak,akibatnya menjadi egois. Inilah kelebihan permainan tradisional anak-anak zaman “old” yang menonjolkan kebersamaan, kegotong royongan dan kerja tim untuk melawan musuh bersama.

Selain itu masih ada hal menarik bagi anak-anak di desa sambil menunggu saat berbuka dengan membunyikan “long bumbung” yang dibuat dari bambu, dilubangi kecil dan ruan penghalang di hilangkan kecuali bagian paling atas. Bagian paling atas diberi minyak tanah, kemudian dengan kayu kecil yang sudah dicelupkan minyak tanah dimasukkan ke lubang kecil tersebut. Bila berhasil akan timbul bunyi “blub”, dan keluar asap. Memang harus hati-hati, apalagi karena ada minyak dan api. Untuk mengosongkan asap di dalam bambu agar bisa berbunyi, ditiup secara manual.

Masih ada kesan yang indah yang sekarang tidak akan ditemui lagi yaitu menunggu suara “duul” sebagai pertanda buka puasa untuk Kota Yogyakarta dan sekitarnya.

Suara dentuman “dull” ini, disertai kepulan asap yang menjulang tinggi dan terlihat di utara desa, dapat dinikmati bersama teman-teman. Suara “duul” bersamaan dengan suara “sirine” dari radio RRI Nusantara II Yogyakarta, yang diperdengarkan melalui pengeras masjid.

Asal suara dentuman seperti “bom” yang berbunyi “duul”, dari Masjid Gede Kauman Alun-alun Utara Yogyakarta. Jaraknya 6 (enam) km, dari desa bisa terdengar jelas, karena belum banyak suara knalpot mobil dan motor.

Namun seiring perjalanan waktu dan perkembangan pemukiman yang padat, dan banyaknya mobil dan motor, suara “duul” itu sudah tidak ada lagi. Suara “duul” waktu itu sebagai pertanda buka puasa bagi masyarakat Kota Yogyakarta, saat ini  menjadi kenangan indah yang tidak bisa dilupakan.

Yogyakarta, 3 Juni 2018 Pukul 09.55

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun