Sehat itu perlu disyukuri, nikmat, dan karunia yang indah dan menyenangkan, karena dapat melakukan aktivitas yang memberi manfaat bagi lingkungannya. Sehat sebagai aset yang sangat berharga dan nilainya tidak bisa diukur dengan rupiah. Nikmat dan karunia sehat baru dapat disadari dan dirasakan ketika seseorang menderita sakit.
Oleh karena itu sebelum sakit harus tetap menjaga stamina tubuh, termasuk pada saat bulan puasan Ramadan. Orang hidup itu memang perlu makan, namun bukan berarti hidup itu hanya untuk makan, artinya makan terus yang justru dapat mengganggu kesehatan, dan estetika tubuh karena obesitas.
Oleh karena itu ibadah puasa selain melaksanakan perintah Alloh SWT, juga sebagai salah satu upaya untuk mempertahan bentuk tubuh yang ideal dan menjaga kesehatan.
Menurut ilmu kesehatan dan gizi, tubuh itu membututuhkan asupan gizi yang seimbang, antara karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, lemak dan serat. Apabila tidak seimbang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang merusak organ tubuh. Kebutuhan asupan gizi setiap orang tidak sama, tergantung dari jenis kelamin, usia, kapasitas, aktivitas, kondisi.
Untuk ibu hamil, batita, balita, remaja, dewasa, laki-laki, pekerja keras yang mengandalkan otot dan pekerja yang mengandalkan otak berbeda kebutuhan asupan gizinya.
Puasa Ramadan itu mempunyai makna menahan diri/menghindari makan, minum, dan segala perbuatan yang dapat membatalkan puasa, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan tujuan meningkatkan ketakwaan kepada Alloh SWT.
Umat Islam wajib menjalankan puasa Ramadan karena sebagai rukum Islam yang ke-3, kecuali orang-orang yang sedang berhalangan (haid, musafir, sakit, orang yang sudah tua dan renta, ibu menyusui, ibu hamil), yang dapat mengganti di hari lain sebanyak puasa yang ditinggalkan atau membayar fidyah.
Dalam menjalankan puasa secara fisik (lahiriah) menghindari makan dan minum, namun secara batiniah menahan “hawa nafsu” (seks, marah, ghibah, mengunjing, iri, dengki, serakah, angkara murka, menguasai, korupsi, dan lain-lain). Puasa sebagai tempaan untuk melawan dan membersihkan nafsu-nafsu yang terselib di relung hati yang dalam, sehingga setelah sebulan berpuasa, hati kembali bersih, putih, fitri seperti bayi yang baru lahir.
Selama menjalankan ibadah puasa Ramadan, bukan berarti terus menunda pekerjaan, rencana, program, target, dan boleh “malas-malasan” bekerja. Badan yang lemah, letih , lesu, lemas, bukan menjadi “alasan pemaaf/memaklumi”. Oleh karena itu stamina tetap harus terjaga, bugar, lincah dan energik.
Walau tidurnya orang yang sedang berpuasa itu mendapat pahala (daripada mengunjing orang lain), bukan berati terus tidur seharian. Puasa ini sebenarnya hanya merubah waktu makan, yang biasanya pagi, siang sore, menjadi sore dan malam hari.
Diakui waktu tidur yang berkurang, perubahan waktu makan, dapat menjadi pemicu penyakit. Apalagi kalau pola, dan menu makan tidak mengandung nilai gizi seimbang, bukan hanya menganggu organ tubuh namun juga pekerjaan karena stamina yang berkurang. Oleh karena itu agar selama puasa stamina tetap terjaga, sehat, bugar, dan energik, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Mengatur menu makan yang mengandung gizi seimbang (empat sehat lima sempurna), sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh. Karena kalau berlebihan maupun kekurangan juga dapat menjadi penyebab penyakit.
Pola tidur yang efektif, artinya bukan lamanya tidur, namun kualitas tidur sehingga bangun tidur badan terasa segar dan enak dengan energi baru. Tidur yang efektif itu di tempat dengan sinar lampu kecil, atau dimatikan agar semua organ tubuh dapat beristirahat (bukan di depan TV, dengan lampu terang).
Mengurangi minuman yang manis, dingin dan makanan berlemak, karena dapat menganggu stamina menjadi turun (batuk, pilek). Apalagi rasa manis bukan asli dari gula, tetapi manis buatan (pemanis/sakarin). Ketika perut kosong jangan langsung minum dingin (es), memang dapat menyegarkan dan menghilangkan rasa haus, namun berpotensi flu.
Sebaiknya minum teh, jahe, secang manis yang hangat/panas. Makanan berlemak dapat menyebabkan serak dan batuk.
Makanlah secukupnya, berhenti sebelum kenyang, dan makan ketika sudah lapar. Porsi perut yang sudah diatur sejak lahir, bila dipaksa untuk menyimpan makanan terlalu banyak, dapat sakit. Selain itu cepat merasa ngantuk, padahal setelah makan tidak baik bila langsung tidur yang dapat mengganggu pekerjaan alat pencernakan.
Hati-hati bagi yang tidak kuat dengan rasa sambel yang pedas, walau enak namun dapat menyebabkan perut menjadi mual, tidak enak. Juga buah yang terlalu asam berpotensi mengusik perut dan lambung.
Tetap menjaga gerak anggota badan dengan proporsional, artinya ada keseimbangan antara posisi duduk (yang ergonomis), berdiri, berbaring.
Tidak tidur setelah sholat Subuh, karena kalau bangun badan menjadi tambah lemas, padahal harus pergi ke kantor. Dari masjid lebih baik mandi pagi agar badan terasa segar dan semangat menyala. Atau sebelum ke masjid sudah mandi untuk menghilangkan rasa kantuk.
Sebelum ke kantor (bagi para pagawai), ke kampus (mahasiswa), ke pasar (pedagang), ke sawah (petani), dapat membaca koran cetak yang dilanggan, mengecek web kompasiana.com, agar dapat bertegur sapa dengan para kompasianer untuk menambah semangat kerja.
Waktu pagi bisa diisi dengan olah raga ringan (jalan pagi, gowes keliling kompleks, olah raga ringan, sekedar menggerakkan anggota tubuh.
Demikian 9 (sembila) hal yang perlu diperhatikan agar stamina berpuasa tetap terjaga, semangat terus menyala, sehingga pekerjaan tidak terganggu, tetap berjalan normal dan lancar. Masyarakat puas karena mendapatkan pelayanan yang menyenangkan dan urusannya dapat beres.
Yogyakarta, 21 Mei 2018 pukul 14.34
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H