Tidak ada yang menyangkal bahwa Yogyakarta mendpata predikat sebagai kota pendidikan, tempat yang ideal untuk menuntut ilmu mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Bukan hanya secara kuantitas, tetapi juga secara kualitas.
Sebutan sekolah dan universitas disebut favorit itu yang menilai selain pemerintah dengan akreditasinya, juga masyarakat yang melihat, merasakan kualitas lulusannya, dapat melanjutkan di sekolah lebih tinggi atau diterima di universitas melalui jalur undangan/tanpa tes.
Setiap acara wisuda yang dihadiri oleh siswa dan orang tua, Kepala Sekolah SMA/SMK dengan bangga menginformasikan nama siswa yang diterima tanpa tes/jalur undangan di PTN favorit. Hal ini tentunya untuk memacu adik-adik kelas agar belajar lebih giat dan keras untuk menggapai cita-citanya.
Banyaknya lulusan SMA/SMK yang dapat diterima di PTN favorit menjadi indikator proses belajar mengajar berjalan baik. Artinya ada kerjasama yang solid antara orangtua siswa, guru, dan peserta didik.
Kondisi ini biasanya sudah dibangun sejak di di play group, TK yang berlanjut di SD, SMP, SMA. Orang tua yang menyadari pentingnya pendidikan sebagai bekal hidupnya kelak, akan memilihkan tempat belajar untuk anak-anaknya dengan “lingkungan yang baik dan sehat”, bukan eksklusif. Lingkungan yang baik dan sehat, dibentuk ketika di sekolah sejak dini, mengajarkan kepada peserta didik bukan sekedar untuk cerdas secara intelektual , namun juga cerdas secara spiritual dan emosional. Ada keterpaduan dan keseimbangan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengalaman ketika anak di SD, Kepala Sekolah sangat memperhatikan 3 (tiga) ranah ini, sehingga sejak jam 06.00 para guru dan kepala Sekolah sudah siap di depan sekolah, membiasakan siswanya bersalaman dengan orang tua dan para guru sebelum pelajaran di mulai. Pemandangan ini penulis rasakan selama anak-anak mengenyam pendidikan di SD, bahkan Kepala Sekolah dan para guru membukakan dan menutup pintu mobil orang tua siswa adalah hal biasa.
Hubungan harmonis antara orang tua dengan Kepala Sekolah dan para guru selalu terjalin komunikasi efektif. Bahkan setiap tiap Minggu pagi jam 06.00 ada pengajian dilanjutkan dengan konsultasi perkembangan belajar siswa.
Hasilnya anak-anak dapat melanjutkan di SMP, SMA dan PTN favorit. Kondisi ini membuktikan bahwa peserta didik itu seperti kertas putih, yang bisa dibentuk oleh lingkungan terdekatnya, yaitu orang tua, guru, dan lingkungannya dimana dia berada.
Orang tua yang memberi dukungan fasilitas dan doa,dan guru membekali 3 (tiga) ranah pendidikan, akan berbuah manis di terima di PTN yang terkenal, tertua dan ternama yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain itu masih ada PTN di Yogyakarta seperti UNY, ISI, UIN Suka, dan UPN Veteran Yogyakarta. Masih ada PTS yang juga menjadi pilihan para lulusan SMA/SMK yatu Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAY), Universitas Sanata Dharma (USD), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), Universitas Respati Yogyakarta, Universitas Aisyiah Yogyakarta, Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (Stipram), Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA).
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Propinsi DIY, jumlah universitas perguruan tinggi ada 106 buah, terdiri dari Universitas 19, Akademi 41, Sekolah Tinggi 34, Institut 5 dan Piliteknik 7. Sedang untuk tingkat Sekolah TK 209, SD 175, SLB 9, SMP 58, SMA 47, SMK 31 ( http://www.pendidikan-diy.go.id).
Jumlah itu adalah perguruan tinggi negeri dan swasta, serta sekolah negeri dan swasta yang khusus berada di Kota Yogyakarta. Bila untuk keseluruhan Propinsi DIY, meliputi Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo dan Sleman, jumlah Sekolah TK 2.073, SD 1.866, SLB 67, SMP 420, SMA 165, SMK 203.