Salah seorang penjual keliling yang mengambil jajanan di Barito adalah tetangga saya. Setiap pukul 03.00 dia sudah tiba di Barito untuk membeli kue-kue yang biasanya laris. Setelah subuh dengan sepedanya dia akan keliling dari desa ke desa lain untuk menjajakan kue.Â
Kebetulan dua bulan ini saya berlangganan kue Barito dari tetangga untuk camilan pekerja bangunan. Ada kue-kue tradisional yang saya suka dan rasanya cukup enak meski harganya Rp1.500. Seperti kue lemper, kue lumpur, dadar gulung, wajik ketan, jadah bakar, wingko, karamel dan masih banyak lagi.
Pada hari Ahad saya sengaja datang ke Kampung Pecinan untuk membeli jajan. Namun, tiba di Jalan Barito para pedagang sebagian sudah pulang karena jajan habis, padahal baru pukul 06.30 WIB.
Ada dua pedagang yang masih menjajakan dagangannya. Keduanya bukan keturunan Cina tetapi wong Jowo.Â
"Ke sini harus pagi-pagi, Mbak sekitar jam dua sampai jam empat. Jajan masih banyak," ucap salah seorang pedagang.Â
Saya akhirnya membeli beberapa kue. Herannya harga di Barito sama dengan harga yang dibawa tetangga. Tetangga pun memberi harga satuan Rp1.500. Bisa terbayang untungnya jualan kue keliling.
Untuk memperkenalkan Kampung Pecinan dan meningkatkan perekonomian warga, setiap Tahun Baru Imlek Pemkot Madiun menggelar Festival Jajanan Pecinan.Â
Selama sepekan sepanjang Jalan Barito berjajar lapak-lapak kue yang sebagian besar penjualnya keturunan Cina. Setiap stan dihias ornamen khas Imlek agar menarik.
Siapa yang tertarik membeli jajanan tradisional di Kampung Pecinan? Yuk ke Madiun.