Jalan-jalan ke Kota Madiun
Tak lupa makan pecel lontong
Kompasiana, selamat ulang tahun
Jangan lupa traktir dong
Tidak terasa Kompasiana sudah ulang tahun ke-16. Semoga makin cetar membahana. Tulisan-tulisan yang tayang makin berdampak besar bagi pembaca dan penulisnya.Â
Berbicara tentang dampak dan perubahan, saya jadi teringat obrolan santai di rumah bersama salah seorang guru. Namanya tidak perlu disebutkan ya. Beliau mengatakan jika tulisan saya tentang pertanian sasarannya hanya petani. Petani pada umumnya tidak ada waktu untuk membaca. Terlebih jika tulisan saya dicetak jadi buku.Â
Jika ditelaah lebih dalam apa yang disampaikan guru saya benar. Ketika menulis kita harus menentukan siapa saja sasaran pembacanya agar ada dampak positif.Â
Namun, hebatnya Kompasiana adalah menerima berbagai tema tulisan, seperti kesehatan, parenting, ekonomi, makanan, dan masih banyak lagi.Â
Penulis (Kompasianer) dari berbagai bidang ilmu. Mereka menyampaikan pengetahuannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kita bisa saling bertukar pengalaman dan pikiran sehingga tentunya berdampak baik.
Dampak Menulis Pertanian di Kompasiana
Pada tahun 2020 saya memulai memberanikan diri berbagi pengalaman di Kompasiana dengan tema gado-gado. Sebagian besar bercerita tentang anak-anak, keseharian mendidik, membersamai mereka. Berikut salah satu cerita saya dengan anak-anak bisa baca di sini.Â
Tidak merasa lebih baik dalam mendidik anak, tetapi saya senang ada jejak cinta untuk mereka dalam tulisan. Mungkin bisa jadi inspirasi ibu-ibu muda, meski cara mendidik berbeda.Â
Pada tahun 2021 hingga sekarang saya sering menulis dunia sawah. Ini terinspirasi dari seringnya duduk di sawah memperhatikan pekerja, pertumbuhan tanaman. Juga prihatin ketika harga gabah yang tak stabil, pupuk subsidi susah, tengkulak bermain di sana, tanaman rusak jelang panen.Â
Tulisan pertama tentang pertanian sependek ingatan saya adalah tentang hama wereng. Saat itu hama melanda tanaman padi di beberapa wilayah di Madiun. Teman-teman bisa baca di sini. Dari tulisan tersebutÂ
Dari tulisan-tulisan saya tentang pertanian sangat berdampak, seperti dipertemukan dengan seseorang yang bekerja di pabrik pupuk terbesar di Jawa Timur. Dia memberi tahu alamat distributor pupuk Petrokimia Ngawi.Â
Sejak saat itu saya menjadi pelanggan barunya. Saya juga bisa membantu petani lain mendapatkan pupuk nonsubsidi bagus dengan harga di bawah agen. Â
Dari situ saya pun bisa hemat dalam pembelian pupuk non subsidi. Kalau beli di toko eceran tentunya harga lebih mahal, kalau distributor harga bisa di bawahnya. Ini dapat menekan biaya produksi. Â
Dampak besar terhadap saya dengan menulis di Kompasiana adalah banyak teman. Tak jarang yang tadinya hanya melihat foto saja bisa bertemu. Itu rezeki bagi saya. Kita tahu rezeki bukan melulu soal uang, bahagia bisa silaturahmi itu anugerah tak terkira.Â
Pada akhirnya, dari tulisan pengalaman yang sederhana, saya berharap dapat berdampak pada gen Z. Â Banyak anak muda yang prihatin dengan kondisi pertanian saat ini. Mereka tergerak untuk terjun ke dunia pertanian dengan berinovasi.Â
Kita tahu petani gen X lambat laun akan meninggalkan pekerjaannya dan  anak-anak menjadi pewarisnya. Jangan sampai berhenti di situ karena ketidakmampuan anak-anak mengelola lahan. Dengan inovasi yang mutahir berharap menjadi daya tarik gen Z untuk nyemplung ke dunia yang katanya kotor, rendahan.
Harapan lain, pemerintah dapat lebih ketat memantau pendistribusian pupuk subsidi hingga ke Kelompok Tani. Penentuan harga jual hasil panen pun menjadi perhatian pemerintah selanjutnya.Â
Dengan keseriusan pemerintah menangani permasalahan petani. saya rasa hasil panen akan melimpah, petani pun sejahtera. Kita harus yakin melalui tulisan sederhana, lambat laun akan berdampak dan terjadi perubahan positif.
Sekali lagi saya ucapkan selamat ulang tahun Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H