Dengan banyaknya kemudahan berbelanja dan pinjaman online generasi muda tidak dapat mengendalikan keinginannya. Mereka berbelanja tanpa memikirkan banyaknya penghasilan dan dampak jangka panjang jika berutang. Mereka memenuhi keinginan berdasarkan hawa nafsu dan gengsi.Â
Doom Spending salah satu kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan finansial kita.Â
Sebagian orang mungkin berpikir finansial sehat jika bisa terbeli apapun dan menunjukkannya di media sosial. Melansir dari OJK keuangan kita sehat jika memiliki aset lancar tiga kali dari jumlah pengeluaran.Â
Setiap individu tentu berbeda kondisi keuangannya. Bagaimana pun kondisinya jika terjebak doom spending akan mengganggu kondisi  finansial, terlebih jika tidak memiliki perencanaan keuangan masa depan.Â
Dengan kesadaran tersebut, tentunya saya atau teman-teman tidak ingin terjebak pada fenomena doom spending.Â
Apa yang saya lakukan untuk mencegah perilaku doom spending?
Yang terlihat tetangga kalau saya sering belanja sebagian ada benarnya. Saya pun menginginkan hadiah untuk diri sendiri atau self reward.Â
Self reward penting sebagai penghargaan pada diri sendiri, tetapi tetap ada batasan. Saya bukan generasi Z, pastinya setiap pengeluaran ada perencanaan  matang. Tak sedikit generasi X, Y, Z yang terganggu keuangannya gara-gara doom spending.Â
Untuk menjaga kesehatan keuangan, sebelum berbelanja saya akan memikirkan manfaat barang incaran dan budget.
Meski dana mencukupi tetapi manfaatnya kurang, saya akan menahan keinginan. Misalnya akhir-akhir ini saya ingin membeli treadmill, setelah cek keuangan masih ada tabungan lebih, tetapi jika masih bisa olahraga jalan kaki di lapangan kenapa harus membeli treadmill? Â Lebih baik dana diinvestasikan ke SBN.Â
Atau misalkan saya mendapat K-rewards dari Kompasiana sebesar Rp24.000. kenapa harus makan  di Yoshinoya? Dengan pemasukan segitu, jajan bakso di kaki lima sudah cukup.  Pada intinya gaya hidup kita semampunya. Tidak perlu ingin nampak kaya sehingga di ada-ada.Â
Penting saya selalu mengingat jangan punya utang baik ke bank, Â pribadi, distributor atau siapa saja. Pernah saya diberi kartu kredit dengan limit Rp100 juta, kartu itu hingga 2 tahun tidak digunakan sampai saya kembalikan lagi ke bank.Â