Tidak mudah bertani secara mandiri karena ada banyak yang harus dikuasai, misalnya:
1. Aktif dan produktif
Bertani secara mandiri harus aktif mencari informasi, baik menyangkut masalah harga atau varietas padi yang dibutuhkan pasar, tetapi menguntungkan.
Kami pernah mengalami salah menanam jenis padi, ternyata jenis itu tidak diterima oleh pasar karena berasnya keras, kaku. Akibatnya harga jual gabah rendah.
Petani pun harus pandai memanfaatkan waktu agar terus produktif. Terkadang petani lambat menentukan masa tanam, sehingga panen terakhir. Masa panen juga memengaruhi harga jual.
2. Inovatif
Era globalisasi mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju, begitu pun dengan petani. Petani mandiri harus berinovasi, mencoba hal baru dan diterapkan sesuai potensi wilayahnya.
Berinovasi pun tak lepas dari pengetahuan, petani mandiri harus mengasah terus kemampuannya agar berhasil.
3. Tangguh
Petani yang mengelola lahannya secara mandiri harus tangguh dalam segala hal, seperti permodalan, mental. Dalam perjalanannya petani akan menghadapi berbagai bentuk peristiwa, baik positif atau negatif.
Jika petani tidak tangguh, tidak luwes, lahan pertanian akan terbengkalai dan mengalami kerugian besar. Tak jarang ketika menghadapi gagal panen, petani depresi. Tidak mendapat irigasi sesama petani gontok-gontokan. Tidak punya modal, terjerat rentenir.
Akhir Kata
Untuk menciptakan pertanian berkelanjutan, petani tidak bisa mandiri. Pemerintah harus mendukung dengan mempermudah, mendampingi pengadaan, penyaluran pupuk subsidi. Pun PPL lebih aktif meninjau dan komunikatif dalam memberikan pengetahuannya kepada petani.Â
Petani pun harus terbuka menerima teknologi dan bekerjasama dengan PPL untuk berinovasi. Berinovasi sendiri akan membutuhkan waktu, dana lebih besar, sementara hasilnya belum tentu maksimal. Pendidikan nonformal melalui PPL sangat berperan bagi petani guna kemajuan dunia pertanian ke depannya. Â Â
Terima kasih telah singgah, salam dari Madiun
Referensi https://museumkepresidenan.id/artikel/swasembada-pangan/