Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peran Pendidikan Nonformal Bagi Petani untuk Menciptakan Pertanian Berkelanjutan

17 Juli 2024   09:31 Diperbarui: 17 Juli 2024   12:15 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertanian berkelanjutan dengan pendidikan non formal. Foto dokpri

Dari tahun ke tahun produktivitas padi semakin menurun. Selain lahan yang menyempit, latar belakang pendidikan petani pun menjadi alasan berikutnya. 

Mengutip dari DKatadata, plt. Kepala Badan Pusar Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan sekitar 75% pekerja bidang pertanian pendidikan tertingginya sekolah dasar (SD). Sehingga sulit beradaptasi dengan teknologi dan berinovasi. Hal ini memengaruhi jumlah produksi padi.

Tingkat pendidikan bukan satu-satunya alasan dan petani tidak bisa disalahkan. Bukan saja petani yang gagap teknologi, generasi baby boomers yang lahir tahun 1946-1964 pun sebagian besar sulit memahami perubahan yang serba digital. 

Ketidakberdayaan petani, saya rasa bisa diatasi dengan pendidikan nonformal, misalnya seminar, penyuluhan pertanian. Juga regenerasi. Di mana generasi Z lebih siap dan mudah mempelajari teknologi.

Pertanian berkelanjutan. Foto dokpri
Pertanian berkelanjutan. Foto dokpri

Pendidikan Nonformal

Kembali ke masa lalu, dari berbagai informasi, Indonesia pernah mengalami Swasembada pangan, meski petani tidak berpendidikan. Bahkan tidak bisa membaca dan menulis.

Keberhasilan ini tidak lepas dari peran pemerintah. Dengan program Bimbingan Masal (BIMAS) mendorong petani memproduksi beras lebih banyak. Sehingga pada tahun 1984 Indonesia berhasil mengekspor pangan yang sebelumnya mengandalkan impor beras. 

Pendidikan nonformal bagi petani, buruh tani adalah  peran penyuluh. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) berperan sebagai sumber informasi, untuk meningkatkan produktivitas pendapatan dan kesejahteraan.

PPL memiliki pengetahuan tentang ilmu pertanian juga dapat menghubungkan petani dengan lembaga riset. Sehingga bisa mendampingi dalam berinovasi.
Mereka membantu mengatasi ketidakberdayaan petani menghadapi perkembangan zaman.

Dari penyuluh pertanian, tim terkecil adalah kelompok tani. Kelompok tani bisa mengadakan diskusi, pengujian lahan, obat-obatan dan lain sebagainya.
Jadi, petani dibantu agar dapat membantu diri sendiri, dididik agar dapat mendidik diri sendiri.

Namun, peran penyuluh pertanian mungkin baru dirasakan wilayah dan waktu tertentu saja. Banyak petani padi di desa yang bertani secara mandiri. Mereka mendapat ilmu pertanian dari pengalaman orang tua sebelumnya dan diskusi di lapangan sesama petani.

Tidak mudah bertani secara mandiri karena ada banyak yang harus dikuasai, misalnya:

1. Aktif dan produktif
Bertani secara mandiri harus aktif mencari informasi, baik menyangkut masalah harga atau varietas padi yang dibutuhkan pasar, tetapi menguntungkan.
Kami pernah mengalami salah menanam jenis padi, ternyata jenis itu tidak diterima oleh pasar karena berasnya keras, kaku. Akibatnya harga jual gabah rendah.

Petani pun harus pandai memanfaatkan waktu agar terus produktif. Terkadang petani lambat menentukan masa tanam, sehingga panen terakhir. Masa panen juga memengaruhi harga jual.

2. Inovatif
Era globalisasi mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju, begitu pun dengan petani. Petani mandiri harus berinovasi, mencoba hal baru dan diterapkan sesuai potensi wilayahnya.
Berinovasi pun tak lepas dari pengetahuan, petani mandiri harus mengasah terus kemampuannya agar berhasil.

3. Tangguh
Petani yang mengelola lahannya secara mandiri harus tangguh dalam segala hal, seperti permodalan, mental. Dalam perjalanannya petani akan menghadapi berbagai bentuk peristiwa, baik positif atau negatif.

Jika petani tidak tangguh, tidak luwes, lahan pertanian akan terbengkalai dan mengalami kerugian besar. Tak jarang ketika menghadapi gagal panen, petani depresi. Tidak mendapat irigasi sesama petani gontok-gontokan. Tidak punya modal, terjerat rentenir.

Akhir Kata

Untuk menciptakan pertanian berkelanjutan, petani tidak bisa mandiri. Pemerintah harus mendukung dengan mempermudah, mendampingi pengadaan, penyaluran pupuk subsidi. Pun PPL lebih aktif meninjau dan komunikatif dalam memberikan pengetahuannya kepada petani. 

Petani pun harus terbuka menerima teknologi dan bekerjasama dengan PPL untuk berinovasi. Berinovasi sendiri akan membutuhkan waktu, dana lebih besar, sementara hasilnya belum tentu maksimal. Pendidikan nonformal melalui PPL sangat berperan bagi petani guna kemajuan dunia pertanian ke depannya.   

Terima kasih telah singgah, salam dari Madiun

Referensi https://museumkepresidenan.id/artikel/swasembada-pangan/

https://katadata.co.id/finansial/makro/656d99ea73328/bps-sebut-produktivitas-petani-rendah-karena-mayoritas-lulusan-sd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun