"Ada apa kalian datang ke rumahku seperti ini?"
"Pura-pura tanya, dasar penjahat! Siapa yang kau bunuh, Ayu?" bentak Suro, ketua RT juga sesepuh Desa Pojok, Madiun kepada wanita muda yang tadi bertanya.
Wanita yang dipanggil Ayu tampak semakin bingung dengan sikap para tetangganya yang brutal. Masuk ke halaman rumah belakangnya tanpa izin. Padahal rumah itu bertembok tinggi. Hanya ada dua akses menuju kawasan rumahnya, yakni melalui pintu samping yang menghubungkan dengan rumah adiknya. Satu lagi melalui pagar depan.
Ada dua kemungkinan, kenapa warga bisa masuk ke halaman belakang rumah. Jika tidak adiknya membukakan pintu, suami lupa tidak mengunci gerbang depan saat berangkat kerja malam.
"Apa yang sampeyan katakan, Pak Suro? Aku tidak mengerti maksudnya," Â ujar Ayu sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman warga.
"Lepaskan! Lepaskan, kalian keterlaluan! teriaknya.
Bukannya dilepaskan, salah seorang dari mereka malah menampar pipinya. Ayu teriak, kali ini dia tidak bisa menahan tangis, karena rasa panas di pipinya. Selama ini tak seorang pun yang berani berbuat kasar, apalagi suami, orang tuanya.
"Kamu yang keterlaluan, sudah membunuh, tidak mengaku lagi."
"Bawa saja ke kantor polisi, kita seret dia?" teriak salah seorang wanita paruh baya. Ayu pastinya tahu siapa yang berteriak, Surti yang sering bersih-bersih halaman belakang.
Teriakan warga semakin keras. Ayu pun tak kalah meninggikan volume suaranya. Dia tidak menghiraukan lagi rasa sakit bekas tamparan. Tamparan itu membuatnya sadar, tetangga-tetangga yang selama ini dibantunya ternyata menikam dari belakang.