Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menyiasati Pengeringan Gabah Saat Musim Hujan

8 Desember 2023   08:49 Diperbarui: 8 Desember 2023   14:40 4541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pribadi saat pengeringan gabah

Musim panen padi ketiga di kampung saya berlangsung hanya beberapa hari, karena semua petani menggunakan jasa mesin kombi untuk merontokkan gabah.

Mesin kombi bekerja lebih cepat, dibandingkan pemanenan secara manual.  

Pasca panen, petani ada yang menjual gabahnya dalam keadaan basah atau gabah kering panen ada juga yang membawanya pulang untuk dikeringkan.

Gabah Kering Panen (GKP) adalah gabah yang baru selesai dipanen dan mengandung kadar air sekitar 25%. 

Panen dan Pengeringan Gabah saat Musim Hujan

Untuk lahan pertanian krocoan, petani menanam padi tiga kali, pola tanamnya padi-padi-padi. 

Dengan pola tanam tersebut, petani memanen padi sepanjang tahun. Panen pertama pada bulan Maret, panen kedua pada bulan Juli dan panen ketiga akhir bulan November sampai awal Desember. Ketika panen ketiga, bulan November dan panen kesatu, petani menghadapi musim hujan. 

Pemanenan saat musim hujan, harus memperhatikan kadar air. Jika gabah saat dipanen masih memiliki kadar air tinggi penjemuran akan memakan waktu lama. Harga jual pun lebih rendah dibandingkan gabah yang kadar airnya standar.

Misalnya, harga gabah yang dipanen di waktu pagi, lebih rendah dibandingkan harga gabah yang dipanen siang hari. Ketika pagi, bulir gabah lebih berat, karena memiliki kadar air tinggi, setelah terpapar sinar matahari bulir itu mengering, kadar air pun berkurang. 

Namun, gabah terlalu kering atau kadar air rendah saat dipanen juga merugikan petani, karena akan mengurangi bobot. Akan tetapi, jika dijual langsung, harga sedikit lebih mahal dibandingkan gabah basah. Pun proses pengeringan lebih cepat. Ini akan mengurangi biaya pengeringan. 

Pada artikel sebelumnya saya mengatakan, tanda padi siap panen secara umum adalah gabah sudah menguning dan daun telah mengering. Selain itu, kadar airnya pun kisaran 21-26% yang bisa dicek dengan alat khusus. 

Pada umumnya petani di desa tidak memiliki alat ukur kadar air gabah. Kami hanya bisa melihat, meraba, merasakan. Petani bisa melihat secara fisik tingkat kematangan bulir padi. Jika masih kurang yakin bisa meremas malai dengan tangan atau menggigitnya. 

Risiko pengeringan gabah saat musim hujan

Permasalahan yang dihadapi petani pasca panen di musim hujan adalah pengeringan. Pasalnya proses pengeringan gabah yang dilakukan petani secara tradisional, yakni dengan sinar matahari. 

Pada musim hujan, cuaca cenderung tidak menentu, kadang mendung atau hujan mendadak. Hal ini tentunya memengaruhi proses pengeringan gabah. 

Jika gabah tidak segera dijemur akan tumbuh jamur dan ini memengaruhi kualitas gabah kering giling. Beras yang dihasilkan pun kualitasnya buruk. Gabah dengan kualitas buruk, harga pun jatuh.

Menyiasati Pengeringan Gabah secara Tradisional saat Musim Hujan

Foto pribadi saat pengeringan gabah
Foto pribadi saat pengeringan gabah

Proses pengeringan gabah di kampung masih tradisional mengandalkan sinar matahari. Pada musim hujan pengeringan sering terkendala panas matahari yang kurang. Akibatnya proses pengeringan memakan waktu cukup lama. Yang biasanya 2 hari sudah kering, kalau musim hujan, satu kali ngeler gabah bisa 3-4 hari, itu pun jika dua hari panas terik.

Suatu musim saya pernah mengalami kewalahan dalam proses pengeringan. Tempat pengeringan yang telah siapkan tidak mampu menampung gabah dari sawah. Gabah basah bertumpuk-tumpuk di halaman gudang. Sementara cuaca tidak mendukung untuk menjemur padi. 

Ilustrasi pengamanan gabah dari air hujan. Foto pribadi
Ilustrasi pengamanan gabah dari air hujan. Foto pribadi

Agar gabah tidak berjamur, berikut yang kami lakukan: 

1.  Gabah dalam karung dikeluarkan  dan diangin-angin di halaman gudang yang beratap. 

Kita mungkin sering melihat teras rumah di kampung bentuknya persegi panjang dan beratap seng. Itu fungsinya untuk menimbang dan mengamankan gabah jika turun hujan. 

Fungsinya diangin-angin agar gabah tidak lembab. Ini membuktikan tenaga ekstra. Setelah tempat penjemuran kosong, gabah tersebut dipindah dengan serok atau dimasukkan ke karung. 

2. Penjemuran di lantai

Dalam proses pengeringan gabah, kami menggunakan alas terpal tebal dan lantai bersemen.
Tanak kosong berukuran 7 x 12 meter dibuat mester dengan bergelombang agar air hujan tidak menggenang. Lantai bermester akan mengeluarkan udara panas dan ini mempercepat proses pengeringan gabah.

Jika gabah belum kering atau tiba-tiba turun hujan, gabah di atas mester ditutupi terpal dan setiap ujung dan tengah diberi beban agar terpal tidak terbang.

Lahan kosong lainnya yang masih tanah bisa digunakan tempat menjemur gabah beralaskan terpal. Pengeringan dengan alas terpal memudahkan pengumpulan gabah dan penyelamatan jika turun hujan sewaktu-waktu.

 3.  Penjemuran tipis

Penjemuran gabah di atas lantai lebih cepat dibandingkan di atas terpal. Tentunya dengan teknik yang benar. Agar cepat kering, jemur gabah dengan ketebalan 1-5 cm. Untuk ukuran lantai 7x12 meter yang biasanya 12 sak GKP, agar cepat kering bisa diisi 5-8 sak.

Lakukan pembalikan setiap 2 jam menggunakan garuk dari kayu atau kaki berkaus kaki. Penjemuran dilakukan sekitar pukul 08.00 sampai pukul 14.00 selama 2-3 hari jika setiap hari panas terik. Jika mendung, gabah cukup diangin-angin dengan membuka penutup agar tidak lembab.

Untuk menghasilkan gabah yang bagus, pengeringan harus maksimal. Dengan demikian pendapatan petani meningkat dan dapat mengentaskan kemiskinan. 

Terima kasih telah singgah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun