1.  Gabah dalam karung dikeluarkan  dan diangin-angin di halaman gudang yang beratap.Â
Kita mungkin sering melihat teras rumah di kampung bentuknya persegi panjang dan beratap seng. Itu fungsinya untuk menimbang dan mengamankan gabah jika turun hujan.Â
Fungsinya diangin-angin agar gabah tidak lembab. Ini membuktikan tenaga ekstra. Setelah tempat penjemuran kosong, gabah tersebut dipindah dengan serok atau dimasukkan ke karung.Â
2. Penjemuran di lantai
Dalam proses pengeringan gabah, kami menggunakan alas terpal tebal dan lantai bersemen.
Tanak kosong berukuran 7 x 12 meter dibuat mester dengan bergelombang agar air hujan tidak menggenang. Lantai bermester akan mengeluarkan udara panas dan ini mempercepat proses pengeringan gabah.
Jika gabah belum kering atau tiba-tiba turun hujan, gabah di atas mester ditutupi terpal dan setiap ujung dan tengah diberi beban agar terpal tidak terbang.
Lahan kosong lainnya yang masih tanah bisa digunakan tempat menjemur gabah beralaskan terpal. Pengeringan dengan alas terpal memudahkan pengumpulan gabah dan penyelamatan jika turun hujan sewaktu-waktu.
 3.  Penjemuran tipis
Penjemuran gabah di atas lantai lebih cepat dibandingkan di atas terpal. Tentunya dengan teknik yang benar. Agar cepat kering, jemur gabah dengan ketebalan 1-5 cm. Untuk ukuran lantai 7x12 meter yang biasanya 12 sak GKP, agar cepat kering bisa diisi 5-8 sak.
Lakukan pembalikan setiap 2 jam menggunakan garuk dari kayu atau kaki berkaus kaki. Penjemuran dilakukan sekitar pukul 08.00 sampai pukul 14.00 selama 2-3 hari jika setiap hari panas terik. Jika mendung, gabah cukup diangin-angin dengan membuka penutup agar tidak lembab.
Untuk menghasilkan gabah yang bagus, pengeringan harus maksimal. Dengan demikian pendapatan petani meningkat dan dapat mengentaskan kemiskinan.Â