"Jangan banyak tanya, kenapa Paklik berada di sini. Ayo ikut Paklik!"
Oh ternyata adik Bapak yang memegang tanganku.
"Tunggu satu pelajaran lagi, Paklik," jawabku.
"Tidak usah, Paklik wes minta izin gurumu. Buruan ikut ke rumah sakit, bapakmu, Le."
"Bapak kenapa, Paklik? Tadi pagi dari sini."
Paklik tidak menjawab, dia hanya sibuk menarik tanganku menuju ke arah parkir motor.
"Sepeda pancalku gimana, Paklik?"
"Buku, tas, sepeda ben digowo Suryo," ujarnya.
Tanpa ba bi bu lagi, aku segera menaiki motor tua itu. Paklik segera menancap gas tanpa banyak bicara. Pikiranku mulai berkecamuk memikirkan kondisi Bapak. Namun, tidak berani bertanya.
"Jangan masuk, Nak, Pak," kata seorang perawat menahan kami di pintu kamar pasien.
"Ini anaknya, bapaknya di dalam kena serangan jantung tadi," bentak Paklik.
"Tapi mohon maaf, Pak. Bapak yang ada di kamar ini sudah pindah ke kamar jenazah, kamarnya sedang dibersihkan."