Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta, petani

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

3 Upaya agar Dunia Pertanian Berkembang di Tangan Generasi Muda

28 Oktober 2023   17:15 Diperbarui: 29 Oktober 2023   10:06 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan pertanian di desa yang membutuhkan tangan dan pikiran pemuda  Foto dokpri

"Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."

Kita tentunya masih ingat penggalan pidato Presiden RI Soekarno. Ini menunjukkan bahwa pemuda sangat berperan dalam banyak hal, terutama kemerdekaan negeri ini. Sumpah pemuda menjadi bukti nyata perjalanan Indonesia merdeka. 

Telah 95 tahun banyak prestasi yang diraih para pemuda, baik bidang teknologi, digital, seni, budaya pendidikan dan lain sebagainya. Namun, kiprah pemuda dalam bidang pertanian masih sangat sedikit.

Mereka lebih memilih bidang lain yang lebih menjanjikan. Tentunya dengan berbagai alasan.

Alasan Pemuda Tidak Tertarik Dunia Pertanian

Lahan pesawahan didominasi pekerja yang sudah tua. Foto dokpri/Sri RD
Lahan pesawahan didominasi pekerja yang sudah tua. Foto dokpri/Sri RD

Pekerjaan rumah para pemuda bukan saja membangun negeri di bidang teknologi, pendidikan, seni budaya atau lainnya. Sektor pertanian pun harus menjadi perhatian.  

Katanya Indonesia adalah negeri yang subur, banyak lahan yang perlu diolah. Nyatanya sektor pertanian masih kurang peminat, hal ini terekam dari aktivitas di dunia pertanian didominasi oleh orang tua.

Pemuda desa enggan berprofesi sebagai petani, terlebih buruh tani. Mereka lebih suka ke kota mencari pekerjaan atau tetap di desa dengan pekerjaan lain. Padahal di desa banyak lahan yang perlu digarap. 

Bisa dipahami jika pemuda desa berbondong-bondong ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ini karena mereka menyaksikan, merasakan sendiri bagaimana orang tuanya menjadi petani atau buruh tani yang jauh dari kata sejahtera.

Mungkin mereka juga berpikir menjadi petani tidak menjanjikan masa depan. Nasibnya akan sama seperti orang tuanya yang biasa-biasa saja.

Tugas orangtua memastikan masa depan bagi para pemuda. Caranya jangan jual lahan pertanian, siapkan untuk anak-anak kelak. Kurangnya lahan juga menjadi penyebab para pemuda mencari pekerjaan lain.

Tak apa mereka menjadi dokter, kapten, guru, artis dan sebagainya, tetapi lahan pertanian tetap dirawat. Saya yakin suatu saat anak-anak akan kembali membangun desanya dengan pengetahuan baru. 

Bayangkan saja, ketika tidak ada lagi lahan pertanian, generasi muda tidak mau menjadi petani. Kebutuhan pangan akan disuplai dari luar negeri. Jika tidak terpenuhi banyak masyarakat akan miskin, kelaparan. 

Foto anak cewek ke sawah cek listrik. Dokpri
Foto anak cewek ke sawah cek listrik. Dokpri

Sumpah Pemuda: Cara Dunia Pertanian Berkembang di Tangan Petani Muda

Banyak makna dari ikrar Sumpah Pemuda. Kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya semangat berjuang untuk kemajuan negeri ini.

Kemajuan sektor pertanian pun penting karena menyangkut ketersediaan pangan penduduk. Generasi muda harus mempersiapkannya dari sekarang dengan cara:  

1. Terus belajar

Tidak ada salahnya pemuda desa ingin belajar ke kota, ke luar negeri. Banyak bidang ilmu pertanian di perguruan tinggi yang bisa dipelajari. Nantinya bisa diterapkan di desa, bagikan pengetahuan itu kepada warga agar tercipta regenerasi. Pun Bekerja sama menciptakan swasembada pangan agar masyarakat makmur, sejahtera.

2. Gabung di program petani milenial

Setiap daerah memiliki program petani milenial. Di mana pemerintah membuka kesempatan kepada anak muda untuk menjadi petani.

Program tersebut akan mengajarkan para petani muda untuk bertani secara efektif, efisien, mulai dari pengolahan, pengembangan hingga menentukan pasar. Selain itu, mereka pun diajarkan cara menggunakan teknologi. 

3. Pertahankan lahan pertanian

Kita menyadari kalau lahan pertanian mulai berkurang. Banyak lahan beralih fungsi menjadi tempat hunian. Lebih miris lahan tersebut dijadikan perumahan oleh pengembang. 

Ada banyak alasan kenapa petani menjual lahannya, salah satunya butuh dana untuk sekolah anak, mencari pekerjaan anaknya dan dijual karena wilayah akan dijadikan pabrik, jalan tol. Sulit mempertahankan lahan pertanian pada kondisi tersebut.

Namun, selagi bisa dipertahankan, jangan sampai dijual. Kurangnya lahan pun menjadi penyebab generasi muda enggan bertani. 

Petani milenial menggunakan mesin bajak. Foto dokpri
Petani milenial menggunakan mesin bajak. Foto dokpri

Penutup

Berkembangnya sektor pertanian, bukan saja tugas petani, generasi muda atau pemerintah saja. Semua kalangan harus mendukung

Semoga walaupun dengan merosotnya luas lahan, hasil produksi pertanian meningkat. Pun dengan semangat "Sumpah Pemuda" generasi muda berbondong-bondong kembali ke desa untuk mengembangkan pertanian.

Semoga bermanfaat 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun