Jika kita takut gagal atau tidak ingin mengelola lahan di musim kemarau, lahan bisa diserahkan kepada orang lain. Pemilik lahan akan mendapatkan bersih 1/3 dari hasil panen, sedangkan pengelola mendapat 2/3. Semua biaya dan tenaga dari pengelola.
Kekurangan metode ini adalah ada kecenderungan pengelola membohongi pemilik lahan. Misalnya, satu petak mendapat 14 karung, laporan ke pemilik lahan 12 karung. Ini memicu perselisihan jika pemilik lahan protes.Â
Wasana Kata
Tiga cara mengelola lahan pertanian di atas khusus untuk musim tanam ketiga. Musim tanam rendeng (November, Desember, Januari, Februari, Maret) juga musim tanam gadu pada bulan April, Mei, Juni, Juli serempak menanam padi.
Jika pemilik lahan tidak bisa mengelola lahannya, ada dua cara agar petani tetap mendapat penghasilan dan lahan produktif. Cara tersebut adalah menjual tahunan (sewa) atau paro.Â
Sewa tahunan, pemilik lahan tidak tahu menahu soal hasil panen, biaya dan sebagainya. Sedangkan diparo, pemilik lahan dan pengelola akan mendapat hasil penen sama rata. Biaya tanam pun dibagi sama.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H