Agustus 2003 saya diboyong suami ke Madiun dan menempati pondok mertua indah.
Situasi pedesaan seperti pada umumnya, banyak pohon, sawah, kebun, ternak, sehingga udaranya segar. Ada pemandangan baru bagi saya ketika tiba di pondok mertua, yakni ada warung kopi ramai pengunjung.Â
Para pengunjung semuanya laki-laki berusia sekitar 35 tahun ke atas. Ada juga perempuan, anak-anak, tetapi hanya sebatas membeli gorengan, jajan dan pulang. Saya pun pernah membeli pisang goreng.
Bapak mertua pun kerap kali ke warung tersebut. Pagi sudah nongkrong, pulang jelang siang. Setelah ashar balik lagi ke warung itu. Alasannya sih ngopi.Â
Bagi warga desa warung kopi itu seperti napas. Jika tidak ke warung kopi, badannya lemas, sakit semua. Kebiasaan ini bukan berarti di rumah tidak ada kopi. Bapak-bapak ke warung bukan saja untuk ngopi, tetapi main judi togel.Â
Marak Perjudian di Desa
Perjudian sejak jaman baheula sudah menjamur, walaupun tahu hukum dan akibatnya. Sudah jadi rahasia umum, judi pun sempat legal.Â
Di desa perjudian dilakukan di pangkalan ojek, seperti di daerah orang tua saya. Malahan bapak saya pernah dihadang seorang warga karena ceramah Jumat tentang, judi itu haram.
Selain di pangkalan, judi dilakukan di warung kopi, seperti depan rumah mertua. Warungnya tidak masalah, orang lagi mengais rezeki, tetapi tempat perjudiannya itu.Â
Pada jam tertentu bandar judi akan datang dan mencatat nama-nama yang beli. Kata suami, togel di warung ada sejak lama. Sudah jadi rahasia warga desa.
Warga pun sering dibuat heboh ketika bandar togel ditangkap polisi. Warung pun sepi, tetapi hanya beberapa hari. Setelah bandar itu keluar, warung pun ramai lagi.
Peristiwa itu sering terjadi, bandar judi ditangkap, dipenjara hanya beberapa hari, sepertinya tidak ada efek jera. Perjudian semakin menjamur, tetapi saya perhatikan tidak ada warga yang mendadak kaya dari judi.Â
Semakin orang terjerat judi, semakin kehidupan ekonominya bermasalah. Apapun jenis judinya, itu akan mencekik penjudi dan keluarganya.Â
Kita pun sering melihat orang bangkrut karena judi, harta yang sudah ada malah ludes.Â
Bagaimana kami menyikapi tempat judi di depan rumah? Â
Bagi saya itu pemandangan baru, tetapi bagi warga sekitar sudah biasa, mereka biasa saja. Suami pun tak bisa berbuat apa-apa.Â
Perlu dijaga adalah keluarga sendiri, jangan sampai terjerat atau ikut-ikutan berjudi. Yang rentan terbawa adalah bapak mertua, karena dia sering ngopi di warung itu.Â
Cara kami agar Nange (bapak) tidak main judi sambil ngopi, kami memberi uang pas, cukup untuk beli secangkir kopi dan gorengan dua biji. Namun, semua kebutuhannya tercukupi mulai dari tembakau, kopi, makan, jajan, kesehatan dan lainnya.
Tampak pelit, tetapi itu jalan terbaik karena pernah diberi uang oleh anak satunya, ternyata uang itu dipakai beli togel.
Sejak saat itu, secara perlahan, suami menasehati dampak berjudi. Padahal usia mertua tidak pantas lagi dinasehati, dia sudah makan garam kehidupan. Namun, namanya berkumpul dengan sesama teman di desa, bisa saja terpengaruh.Â
Kami pun tidak bisa melarangnya ke warung, karena di tempat itu, dia bisa bertemu dengan teman seperjuangannya. Bisa jadi ada kebahagian saat ngobrol.
Kami berharap warung tersebut tidak dijadikan tempat judi togel. Bagiamana jika anak-anak yang beli jajan ke situ tahu ada perjudian? Duh miris sekali.
Saat itu aparat pun sepertinya menutup mata. Jika digrebek pun, bandar judi hanya dipenjara beberapa saat. Setelahnya marak lagi.Â
Tahun demi tahun, lama-lama warung itu sepi, karena pemiliknya sakit, disusul dengan suaminya meninggal, warung pun tutup. Dari tahun 2003 perjudian togel di warung itu berjaya sekitar 6 tahun.Â
Setelah warung itu tutup, saya tidak tahu, apa di desa masih ada judi atau sekarang beralih ke online. Pastinya jangan sampai warga coba-coba berjudi baik itu online atau offline. Stop judi!
Ketika sudah candu berjudi dampak negatif bukan saja dirasakan diri sendiri, tetapi keluarga. Dari judi bisa memicu kejahatan lain. Naudzubillah Min Dzalik.Â
Terima kasih telah singgah, salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H