Sebelum lebaran saya tanya pada suami.
"Besok lebaran mau dimasakin ayam panggang atau ayam betutu? Ini mau dikasih ayam oleh Bulenya anak-anak."
Suami malah melarang saya memasak, alasannya, sejak Ramadan ibu mertua sakit. Semua anaknya capek. Tidak ada waktu untuk menyembelih, membersihkan ayam kampung.Â
"Kasihan, Bue juga capek, wes pesan ayam panggang saja sama uraban," lanjut suami. Â
Bue adalah kakak ipar yang pertama, dia biasa memasak untuk keluarga.
Akhirnya saya pesan 3 ekor ayam panggang potong dan 2 ekor ayam kampung.Â
Bagaimana dengan ayam betutu? Saya ingin mengenang makan ayam betutu melalui tulisan ini karena bumbunya hampir sama. Rempah-rempah menjadi khas masakan Nusantara.Â
Saya mengenal masakan ayam betutu ketika berkunjung ke rumah  teman yang tinggal di Gianyar, Bali.Â
Sebelum liburan, kami sekeluarga mampir ke rumahnya. Ketika makan siang, teman menyajikan ayam utuh yang pedas. Katanya itu ayam betutu.
Ayam betutu merupakan sajian ayam khas Bali. Berawal dari daerah Ubud, Gianyar, ayam betutu terus berkembang ke Gilimanuk, Jembrana dan seluruh Indonesia.
Mengutip dari Kompas, ayam betutu termasuk 20 makanan pedas terenak di dunia setelah rendang.
Ayam betutu terbuat dari ayam yang dimasak dengan rempah-rempah Indonesia, seperti cabe rawit, bawang merah, bawang putih, jahe, sereh, kencur, kunyit, laos, dan kemiri.
Menurut teman saya, bumbu yang telah dihaluskan dan ditumis dimasukkan ke dalam perut ayam dan lumuri ke seluruh permukaan ayam. Lalu ungkep hingga ayam empuk dan bumbu meresap. Bisa juga ayam tersebut dibakar.
Penyajian ayam betutu utuh dengan dibarengi sambal matah dan plecing kangkung.
Makan ayam betutu buatan teman di Bali, meninggalkan kenangan. Saat itu teman baru keluar dari rumah sakit setelah dinyatakan mengidap kanker payudara stadium 4.
Saat berkunjung dia tampak ceria, senang, bahkan saya dibelikan mukena batik khas Bali warna orange.
Dia pun menyajikan banyak makanan. Enam bulan setelah kami pulang dari Bali, teman meninggal. Entah mengapa ketika mukena itu hendak saya pakai salat Idulfitri tahun berikutnya lenyap. Foto-foto saat di rumahnya pun tidak ada.Â
Saya hanya menemukan foto putrinya yang masih berusia 3 tahun besama anak sulung.Â
Ayam betutu menjadi kenangan terakhir saya dan teman.Â
Ayam Panggang
Siapa yang tak kenal ayam panggang khas Madiun. Sepintas bumbunya sama dengan ayam betutu. Hanya tidak direbus, tetapi dipanggang di atas wajan tanah dengan api dari kayu.
Ada juga sebagian pedagang yang mengukus ayam terlebih dahulu agar cepat matang. Namun, konon jika dikukus sebelum dipanggang, rasa ayam kurang gurih. Pun ketahanannya kurang atau cepat basi.
Ayam panggang kampung  jika membeli harganya sekitar Rp140 ribu. Sedangkan ayam potong seharga Rp55 ribu per ekornya.Â
Spesial penjual ayam panggang kampung ada di Gandu, Magetan, yakni dapur Bu Setu. Lumayan jauh jika dari rumah saya.Â
Jika ke sana harus waktu santai, tidak bisa malam takbir.
Alasan itu saya pun membeli ayam panggang potong dan titip bakar ayam kampung. Ayam kampung mentah bawa dari rumah (beli di pasar Kawak).
Ayam panggang disajikan dengan urab dan botok tempe. Urab rasanya tidak asing ya. Berbahan sayuran yang dikukus dan kelapa muda yang diparut dan diberi bumbu cabe, bawang putih, daun jeruk, garam, gula, kencur, menambah nikmatnya makan siang.
Botok tempe merupakan sajian khas Jawa, terutama Jawa Timur. Dengan bahan yang mudah dan murah, cara membuatnya susah-susah sulit.
Bahan dasar botok tempe adalah tempe bagus dan tempe bosok, kelapa muda yang diparut, bawang putih, teri sambel, garam.Â
Sampai sekarang saya tidak bisa memasak botok tempe seenak buatan Bue (kakak ipar).Â
Ayam panggang atau ayam panggang sama enaknya jika badan kita sehat.
Salam sehat selalu untuk Sahabat Kompasiana dan pembaca.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H