Jelang liburan sekolah, anak-anak sudah menyusun tempat wisata yang ingin dikunjungi.Â
Anak cewek menulis beberapa tempat, seperti Raja Ampat, Lombok, Danau Toba, Gunung Bromo dan tempat wisata lainnya. Bali tidak termasuk ke daftar karena anak-anak sudah tiga kali ke sana.
Daftar tempat wisata yang belum dikunjungi pun diajukan ke bapaknya. Mereka berharap ada salah satu yang disetujui.
Tempat wisata yang kami sepakati bukan berdasarkan keinginan saja, tetapi biaya, waktu, akses mudah dijangkau.Â
Liburan tidak perlu jauh, cukup di Indonesia saja, walaupun si sulung sangat ingin ke luar negeri.Â
Saya hanya menjelaskan harus bangga berwisata di Indonesia. Di Indonesia saja belum semua tempat wisata dikunjungi terutama luar Jawa.Â
Saat itu kami sepakat liburan ke Gunung Bromo. Alasannya untuk menambah keimanan kepada Allah Swt. Selain itu anak-anak agar mengenal kebesaran-Nya dan mencintai alam semesta.
Perjalanan ke Bromo
Siapa tak kenal Gunung Bromo, gunung ini salah satu daftar wisata alam yang banyak dikunjungi.Â
Seperti yang saya kutip dari Kompas, Gunung merapi ini memiliki ketinggian sekitar 2.329 meter di atas permukaan laut (m dpl) atau sekitar 200 m dari dasar kaldera.Â
Terletak di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Gunung ini bisa ditempuh melalui empat kota.Â
1. Â Jalur pendakian lewat Pananjakan, Pasuruan.
2. Â Jalur kedua lewat Comoro Lawang, Probolinggo.
3. Â Jalur pendakian lewat Coban Trisula, Malang.
4. Â Jalur selanjutnya lewat Senduro, Lumajang.
Kalau dari Madiun, kami memilih lewat Pasuruan karena lebih dekat. Jalan menuju ke Pasuruan pun datar tidak berkelok-kelok seperti ke Kota Malang.
Tiba di Desa Ngadisari sekitar pukul 05.00 WIB. Masih cukup pagi, tetapi desa itu sudah dipenuhi wisatawan. Kami sampai tidak kebagian jip untuk menuju ke lokasi gunung.
Dekat tiket masuk menuju Gunung Bromo ada kerabat jauh yang membuka warung. Kami pun disambut ramah dan disiapkan makan.Â
Sambil menunggu kerabat turun dengan jipnya. Kami diantar ke rumahnya untuk istirahat sejenak.Â
Warga desa dekat kaki Gunung Bromo ramah dan terbuka menerima tamu. Saya yang saat itu  berangkat berlima, suami, kedua anak dan ponakan merasa senang dengan sambutan saudara dari ipar suami yang ramah.
Pulang dari Gunung Bromo pun kami disambut dengan makan sore khas desa. Makanan itu menurut saya sangat sederhana, tetapi rasanya super lezat. Oseng-oseng labu siam, telur dadar, sayur kentang. Â Â
Hal Menarik dari Gunung Bromo dan Cara Menjaganya
Gunung Bromo yang dikenal sebagai wisata alam yang menarik tentunya memiliki daya tarik yang luar biasa. Salah satunya pemandangan matahari terbit.
Selain itu, Gunung Bromo dijadikan tempat sakral bagi masyarakat Suku Tengger. Setiap tahunnya Suku Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasado. Upacara tersebut  dilaksanakan di Pura Luhur Poten yang berada di kaki Gunung Bromo.
Upacara Suku Tengger juga menjadi daya tarik wisatawan internasional. Namun, sangat disesalkan banyak wisatawan yang tidak menjaga kebersihan, kelestarian alam. Contohnya, wisatawan dari luar negeri yang buang air kecil ke kawah Gunung Bromo.Â
Saya mengingatkan anak-anak agar tidak buang air kecil atau besar di sembarang tempat. Usahakan sebelum berangkat dengan jip, semua harus ke kamar mandi. Sebagai antisipasi saya membawa kantong urine, keresek sampah makanan.
Sampah tersebut jangan dibuang di area Gunung Bromo, harus dibawa pulang atau dibuang di tempat sampah yang ada di desa.Selain itu untuk melestarikan alam, jangan merusak, memetik apalagi menebang tanaman.Â
Hal-hal yang mungkin dianggap sepele ini oleh sebagian orang harus diajarkan pada anak sejak dini. Jika tempat wisata bersih, semua orang bangga berwisata di Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H