Akhirnya saya berobat ke dokter rehab medis. Alhamdulillah atas izin Allah, lutut saya sembuh dengan dua kali terapi.
Kisah kedua
Peristiwa kedua dialami salah satu kerabat. Dia mengeluhkan sakit lutut. Menurut keterangannya  lutut terbentur motor dan sudah berobat ke rumah sakit.Â
Untuk memudahkan pengobatan, kerabat menginap di rumah. Rencana akan melanjutkan ke rumah sakit lain.Â
Suatu hari putranya dari luar kota datang dan meminta izin untuk melakukan ritual sebagai pengobatan alternatif. Kami tidak keberatan dan mempersilakan dia melakukan kepercayaannya.
Semua orang tidak tahu bagaimana pengobatan itu dilaksanakan. Saya hanya tahu, ketika masuk kamar untuk  menyimpan makanan, ruang kamar bau asap kemeyan, bunga dan entah apa lagi.Â
Pengobatan alternatif tidak ada perubahan, akhirnya sepakat dibawa ke rumah sakit. Hasilnya ternyata dia terkena tumor ganas dan harus diamputasi. Jadwal amputasi pun ditentukan dua pekan lagi. Â Selama masa tunggu, kerabat minta pulang ke rumahnya. Qadarullah, sebelum operasi kerabat meninggal.
***
Ini hanya dua kisah pengobatan alternatif. Masih banyak lagi kisah yang dialami tetangga. Namun, itu hanya sebatas pendengaran saja.
Walaupun banyak yang tidak berhasil, tetapi testimonial tetap bagus. Itu hanya sebagai bentuk ikhtiar. Itu sebabnya pengobatan alternatif  tetap diminati masyarakat. Hal demikian sudah terjadi sejak zaman dulu dan tidak ada larangan dari pemerintah.
Pemerintah melestarikan pengobatan alternatif ini karena sebuah tradisi, budaya yang mengandung unsur religi, kemasyarakatan, ilmu, bahasa, seni, mata pencaharian juga teknologi.
Jadi pengobatan tradisional setiap daerah akan berbeda karena seni, bahasa, alat peraganya berbeda. Ini kekayaan, keanekaragaman yang kita miliki. Namun, pemerintah terus berupaya agar warga aman. Untuk itu berdasarkan cerita teman yang berprofesi sebagai pakar pengobatan alternatif dengan lintah. Pemerintah mewajibkan tenaga alternatif harus memiliki latar belakang atau mengerti dunia medis.Â