Remaja yang merasa tersinggung berbicara kepada teman-temannya. Singkatnya saling memengaruhi. Dengan dalih setia kawan, teman-temannya mendukung untuk balas dendam.Â
Walaupun ada faktor pendukung lainnya,  pertama kali yang bertanggung jawab terhadap kenakalan remaja adalah orang tua. Orang tua sering dianggap tidak becus mendidik anak. Sementara orang tua sendiri merasa didikannya sudah bagus, keras, disiplin.
Bukan saatnya saling menyalahkan. Saya yakin orang tua menghendaki yang terbaik untuk anaknya. Hanya saja lepas pengawasan. Ke mana anak remajanya pergi jika malam. Apa yang dilakukan anak bersama temannya.
Bagaimana orang tua bersikap?
Saya memiliki anak remaja laki-laki, meski dia tidak terlibat dalam geng remaja, tetap merasa khawatir. Terlebih jika malam Minggu keluar rumah.Â
Orang tua tidak bisa mengendalikan pergaulan anak di luar rumah. Dengan siapa bergaul dan di mana berkumpul. Namun, sekali-kali kita perlu tahu di mana anak berkumpul dengan temannya. Orang tua pun harus kenal minimal 2 orang temannya.
Dari peristiwa perang sarung, saya mengambil pelajaran dan perlu disampaikan kepada anakÂ
1. Membuat aturanÂ
Remaja sekarang dekat sekali dengan kafe, nongkrong. Saya tidak melarang anak untuk kumpul dengan temannya di malam hari. Namun, ada aturan yang ditetapkan, yakni pulang sebelum pukul 23.00 WIB, karena kenakalan remaja umumnya sering terjadi di atas pukul 01.00 WIB atau menjelang sahur.Â
2. Dorong anak untuk selalu cerita masalahnyaÂ
Kehidupan anak remaja tidak lepas dari konflik. Baik dengan temannya di sekolah atau di luar. Menurut anak saya konflik paling sering antar pelajar lintas kota.