Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Fenomena Perang Sarung Saat Ramadan

31 Maret 2023   21:19 Diperbarui: 1 April 2023   06:19 2141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena perang sarung saat Ramadan. Foto by KabarSurabaya.com

Bulan Ramadan penuh berkah disalahgunakan oleh sekelompok remaja dengan banyak ulah. Ulah mereka sangat meresahkan masyarakat, yakni dengan melakukan saling serang di jalan.

Dalam perang tersebut mereka memanfaatkan sarung sebagai senjata. Sarung yang biasa digunakan untuk salat, dipakai melukai kawan, lawan bahkan orang tak dikenal.

Bagaimana perang sarung terjadi?

Fenomena perang sarung saat Ramadan meresahkan masyarakat. Pasalnya perang tersebut dilakukan dini hari menjelang sahur yang melibatkan banyak pemuda.

Seperti yang saya simak dari berita daerah Madiun. Perang sarung kali ini terjadi di Desa Wonoasri, Madiun. Motifnya tidak jauh dari perselisihan salah seorang pemuda dengan kelompok lain. Dia memengaruhi teman lainnya.

Peristiwa tersebut melibatkan dua kelompok pemuda. Menurut keterangan Kasatreskrim Polres Madiun AKP Danang Eko Abrianto, seperti yang saya kutip dari radar, aksi para remaja sudah direncanakan. Melalui pesan WhatsApp mereka janjian berkumpul di suatu tempat untuk perang menggunakan sarung.

Sarung yang dibawa tidak sembarang kain. Sarung tersebut dililit  dan sudah diisi batu. Ketika dihantamkan ke lawan, tentunya membuat lawan terluka. Celakanya yang menjadi korban justru bukan dari musuh mereka, tetapi warga yang hendak membeli makan.

Jika tanpa batu, kemungkinan hanya sakit biasa tidak separah kena batu. Dalam aksi tersebut 3 orang ditangkap dan terancam merayakan lebaran di penjara.

Pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa perang sarung

Perang sarung adalah bagian dari kenakalan remaja yang dipicu tersinggung oleh sikap, perkataan, perbuatan orang lain.

Remaja yang merasa tersinggung berbicara kepada teman-temannya. Singkatnya saling memengaruhi. Dengan dalih setia kawan, teman-temannya mendukung untuk balas dendam. 

Walaupun ada faktor pendukung lainnya,  pertama kali yang bertanggung jawab terhadap kenakalan remaja adalah orang tua. Orang tua sering dianggap tidak becus mendidik anak. Sementara orang tua sendiri merasa didikannya sudah bagus, keras, disiplin.

Bukan saatnya saling menyalahkan. Saya yakin orang tua menghendaki yang terbaik untuk anaknya. Hanya saja lepas pengawasan. Ke mana anak remajanya pergi jika malam. Apa yang dilakukan anak bersama temannya.

Bagaimana orang tua bersikap?

Saya memiliki anak remaja laki-laki, meski dia tidak terlibat dalam geng remaja, tetap merasa khawatir. Terlebih jika malam Minggu keluar rumah. 

Orang tua tidak bisa mengendalikan pergaulan anak di luar rumah. Dengan siapa bergaul dan di mana berkumpul. Namun, sekali-kali kita perlu tahu di mana anak berkumpul dengan temannya. Orang tua pun harus kenal minimal 2 orang temannya.

Dari peristiwa perang sarung, saya mengambil pelajaran dan perlu disampaikan kepada anak 

1. Membuat aturan 

Remaja sekarang dekat sekali dengan kafe, nongkrong. Saya tidak melarang anak untuk kumpul dengan temannya di malam hari. Namun, ada aturan yang ditetapkan, yakni pulang sebelum pukul 23.00 WIB, karena kenakalan remaja umumnya sering terjadi di atas pukul 01.00 WIB atau menjelang sahur. 

2. Dorong anak untuk selalu cerita masalahnya 

Kehidupan anak remaja tidak lepas dari konflik. Baik dengan temannya di sekolah atau di luar. Menurut anak saya konflik paling sering antar pelajar lintas kota.

Permasalahan muncul berawal dari pertandingan olahraga. Dalam permainan ada saja yang merasa tersakiti. Pun merasa tidak puas atas kemenangan lawan. 

Saya sering mengatakan pada anak, jika punya masalah dengan teman, sekiranya tidak melukai, maafkan, lupakan. Dengan sikap memaafkan, teman akan malu sendiri dan akan baik kembali. 

3. Mendoakan

Orang tua tidak bisa selamanya mengikuti ke mana anak pergi. Saya termasuk orang tua yang mudah khawatir. Jalan satu-satunya adalah mendoakan agar anak terhindar dari orang-orang negatif dan tetap berada pada jalan kebaikan.

Jangan lelah mendoakan anak dan jangan ragu dengan kekuatan doa. 

Semoga bermanfaat dan anak-anak terhindar dari berbagai jenis kenakalan remaja.

Terima kasih telah singgah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun