[Nay, ditunggu cerpennya untuk mading pekan ini ya!] tulisnya singkat.
Pesan itu tanpa nama, aku pun penasaran siapa yang telah mengirimnya.
Setelah melihat foto profilnya, jantungku berdetak keras, Zigi? Benarkah?
[Dari siapa ini?] balasku pura-pura tidak tahu.
[Ya ampyuun dasar cewek aneh saat semua cewek menyimpan nomor ponselku, kamu malah tidak,] tulis cowok itu.
Membaca pesan tersebut aku pun makin sebel sama anak itu, sok ganteng, sok laris.
[Hai! cewek dekil, kamu dulu sering kirim cerpen lewat email. Ssebulan ini kenapa kosong?] lanjutnya lagi.
Aku semakin dongkol dikatain aneh, dekil. Pesan itu kubiarkan saja.
[Aku tahu kamu membaca pesanku. Besok pagi kutunggu emailmu ya, Nay!] kembali cowok itu menulis pesan.
Sejak saat itu hubunganku dengan cowok sok tampan itu mencair, kami sering berbalas pesan pribadi. Terkadang aku bingung menjawab semua ocehannya yang gak penting.
Di sekolah pun dia ramah, tetapi keramahannya diumbar kepada semua orang. Situasi itulah yang bikin aku uring-uringan gak jelas.