Rumah saya di Majalengka terletak di lereng dan rawan bencana. Setiap hujan lebat, ada saja asbes rumah tetangga yang tersapu angin, bahkan sebelah rumah, seluruh asbes rumahnya tersapu habis, padahal rumah itu sudah dirombak, tidak asli dari perum.
Rumah bapak masih asli bangunan dari pihak perum, bangunan dari batako dengan atap asbes dan kayu tipis.Â
Jika hujan tiba, kami selalu was-was. Bapak sering kali melarang kami untuk hujan-hujanan, semua harus masuk rumah dan mengunci pintu, jendela.
Saya masih ingat apa kata Bapak setiap turun hujan lebat. Semua anaknya suruh kumpul di dalam satu ruangan.
Kami dilarang tidur atau tiduran, harus duduk membaca ayat suci Al-Qur'an sebisanya. Bapak sendiri adzan, walaupun bukan waktunya shalat. Jika ada petir, kami spontan membaca takbir dengan rasa takut
Matikan semua aliran listrik
Untuk mencegah terjadinya korsleting yang bisa memicu kebakaran, listrik semua harus dimatikan, dilarang nonton televisi, masak nasi, masak di kompor listrik, setrika atau pekerjaan lain yang menggunakan listrik.
Perhatikan posisi badan
Jika kondisi berpotensi petir, usahakan badan jangan tiarap di atas tanah. Segera jongkok dan bungkukkan badan ke lutut sembari kedua tangan mendekap lutut atau kaki.
Jika di luar ruangan
Ketika hujan lebat, kita mungkin tidak di dalam rumah, melainkan di luar ruangan. Hal yang perlu kita lakukan adalah menghindari bangunan tinggi, tiang listrik, papan reklame, pohon. Walaupun tampak kokoh, semua itu bisa roboh ketika dihantam angin.