Saya pun merencanakan akan menginap di Hotel Amaris untuk satu malam bersama anak cewek. Oh ya saya berangkat tidak sendiri, tetapi dengan anak cewek. Dia senang sekali menyambut ajakan saya. "Hayu-hayu, aku kan belum tahu Jakarta, Mah!"
Pokoknya hari-hari kami diisi dengan banyak rencana dan mimpi. Persiapan kami matang, bahkan dia sampai mendadak vaksin dan harus terima resikonya yakni meriang selesai vaksin ke-3.
Dia sempat tidak mau vaksin karena belum siap dengan efeknya yang meriang.Â
Saya yakinkan jika vaksin itu tidak ada efek jika kita kondisi sehat dan meminum obat setelah vaksin. Saya dari vaksin 1-3 tidak merasakan apa-apa. Dia akhirnya memberanikan diri vaksin pada tanggal 28 November.
Namun, ada yang belum disiapkan sebelumnya, yaitu surat izin dari suami. Saya sampai kepikiran bagaimana minta izinnya. Â
Ini perjalanan pertama saya dan anak cewek ke Jakarta, tentunya harus minta izin. Sangat berat mau ngomong, karena pada tanggal 20 November kami dapat undangan dari Polda Jatim untuk hadir di Polda tanggal 1 Desember.
Persiapan tentu tidak hanya tanggal 1 Desember, sebelum dan sesudahnya saya harus ada di Surabaya. Sementara tanggal 3 Desember harus sudah berangkat ke Jakarta.Â
Saya mulai pesimis suami tidak mengizinkan. Terlebih pada tanggal 15-18 Desember kami pun, Insya Allah ke Jakarta bagian dari rangkaian Polda Jatim.
Namun, saya harus minta izin, besar harapan suami mengizinkan, jika mengizinkan saya akan berangkat dengan anak cewek Sabtu pagi. Teman saya, si dia pun akan berangkat di Sabtu pagi, karena Jum'at masih ujian.
Tanggal 29 November dengan pelan-pelan, suara lembut, saya meminta izin pada suami. Apa jawabnya?