Tradisi labuhan di Desa Pule, diawali dengan dengan Kirab Kendi dan Kenduri Kendi yang dipimpin oleh ketua adat desa, Winardi. Ada banyak kendi disusun rapi di sebuah lapangan bola voli. Acara dilanjutkan dengan festival, pertunjukan pencak silat dan tari-tarian termasuk Tari Rendengan.
Tradisi Festival Budaya Rendengan merupakan budaya Desa Pule yang msih tetap lestari dan menjadi daya tarik wisatawan.Â
Untuk itu pada acara Labuhan tersebut dihadiri Kepala Dinas PMD Propinsi Jawa Timur, Sukaryono SH., MM., Kapolsek Sawahan AKP Yulis Hary RM,SH., Danramil Sawahan Kapten Inf. Hariyono, Camat Sawahan Hariono S.Sos., M.Si., juga Kepala Desa Pule bersama perangkat.
Tentunya hadir pula Bupati Madiun yang diwakili oleh Kepala Disparpora Kabupaten Madiun, Anang Sulistyono S.Sos., M.Si..
Kenapa disebut Tradisi Festival Budaya Rendengan?
Mengutip dari laman Desa Pule, Festival Budaya Rendengan merupakan pengembangan dari tradisi Labuhan.Â
Desa Pule ini termasuk desa wisata karena adanya Kampung Ceria Pule. Untuk menarik wisatawan, setelah upacara Labuhan diteruskan dengan berbagai perlombaan di sawah dan tari-tarian, termasuk pencak silat.
Kata rendengan itu sendiri berasal dari nama musim di Indonesia. Seperti kita ketahui musim tanam ada 3, yakni musim tanam utama, musim tanam gadu dan ketiga musim tanam kemarau.
Musim tanam utama dilaksanakan pada bulan November sampai Maret saat musim hujan (rendeng), itu sebabnya disebut musim tanam rendeng.Â
Pada musim tanam rendeng ini, terkadang sawah banyak yang kebanjiran karena curah hujan yang tinggi.
Nah itulah sebabnya pada musim tanam rendeng (Labuhan) Desa Pula menamakan Festival Budaya dengan diikuti kata rendengan.
Apakah Anda tertarik mengikuti tradisi Labuhan? Silakan datang pada bulan Oktober hingga November. Biasanya ketika turun hujan pertama, petani sudah menghitung hari baik untuk tebar benih, Labuhan, tanam dan sebagainya.