Remaja pergi ke kafe juga pernah dilakukan anak saya. Ketika kerabat mengutarakan kegelisahannya terkait putrinya, saya tidak begitu terkejut. Dia pun meminta solusi bagaimana mengubah gaya hidup anaknya agar tidak candu ke kafe.
Bagi remaja, pergi ke kafe bersama teman akan mendatangkan banyak manfaat, salah satunya terjalinnya pertemanan yang baik.
Namun, tanpa disadari jika terlalu sering akan berdampak tidak baik, yakni mengganggu pelajaran di sekolah, sikap pemborosan, pelit. Jika orang tua tidak bisa memenuhi keinginannya, anak bisa saja mencari uang dengan cara tidak halal.
Sebelum dampak negatif terjadi pada anak, sejatinya kita harus mengontrol gaya hidup anak. Tentunya setiap orang tua memiliki cara sendiri dalam mendidik anak.
Berikut pengalaman saya bagaimana menghadapi anak ketika hobi ke kafe bersama temannya:
- Pendekatan
Setiap hendak pergi ke kafe, anak selalu minta izin dan setelah tiba sering share lokasi. Pernah suatu ketika saya marah karena izinnya bukan malam libur. Dengan saya marah, alih-alaih anak menghentikan aktivitasnya ke kafe, dia malah semakin sering.Â
Anak zaman dulu ketika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua, ayah akan marah. Bisa jadi orang tua akan menghukum dengan memukul bagian pantat, mencubit atau dikurung di gudang.
Selama menjalani hukuman, anak zaman dulu akan berpikir tentang kesalahannya hingga pada akhirnya menyadari dan mengubah perilaku menjadi lebih baik.
Lalu, bagaimana kita mendidik anak di zaman sekarang? Mendidik anak dengan marah tidak mempan. Akhirnya saya mengganti strategi yakni dengan pendekatan.
Pendekatan yang saya lakukan dengan banyak diskusi tentang kafe yang biasa dikunjungi anak saya, mulai dari jenis makanan, minuman, tempat, temannya, rasa dari makanannya dan lain-lain. Seolah-olah saya mendukung hobinya.