Pagi-pagi seperti biasa saya menyapu teras rumah. Ada pemandangan baru untuk pagi itu, di meja teras ada asbak isi puntung rokok dan rokok satu bungkus.
Rokok itu saya amankan di dalam rumah. Saya berpikir mungkin semalam ada tamu suami dan ketinggalan rokoknya. Namun, dugaan saya salah. Ketika pulang sekolah anak saya tanya, "Mah lihat rokok di meja depan?"
"Ehh punya siapa itu?"
"Punya temenku, semalam dia main ke sini, rokoknya ditinggal," terang anak saya yang laki-laki.
Saya tidak banyak tanya, rokok itu diberikannya, tetapi tetap kaget karena mereka saat itu masih SMP.
Keesokan pagi terulang lagi. Saya menemukan rokok di teras rumah. Siang anak saya tanya lagi dan diberikan lagi sama temannya yang nunggu di luar.
Kagetnya Anak Berteman dengan Perokok
Kejadian rokok ditinggal oleh teman anak saya, ketika mereka masih duduk di kelas 8 atau 2 SMP, itu artinya masih anak-anak.Â
Setelah kejadian kedua saya tanya anak tentang temannya dan tentu ingin tahu apakah anak saya juga merokok?
"Mamah, aku gak merokok, kan mulutku gak bau rokok. Temenku sengaja merokok di sini karena takut sama orangtuanya." Anak saya menjelaskan alasan kenapa temannya menyimpan rokok di teras rumah.
Saya menjelaskan pada anak terkait dampak perokok pasif dan aktif. Dia sendiri saat masih kecil sudah terdampak asap rokok dan itu membuat saya trauma dan melarang orang untuk merokok di rumah.