Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bagaimana agar Anak Tidak Terjerat Utang

11 Desember 2022   14:59 Diperbarui: 12 Desember 2022   10:31 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto via orami.com. Bagaimana agar remaja tidak terjerat utang

Banyak remaja yang terjerat utang online gara-gara tertarik janji manis pihak penyelenggara.

Bukan utang online saja, remaja yang meminjam uang ke temannya pun banyak. 

Seperti yang diceritakan anak saya ketika ada temannya yang meminjam uang. 

Anak cewek mendapat pesan pribadi dari teman SMA-nya dulu. Menurut anak saya, semasa SMA temannya ini tidak terlalu dekat, walaupun satu kelas. Saya sebut saja Linda.

Percakapannya kurang lebih seperti ini.

"La, kamu punya uang berapa, aku pinjem dulu!"

"Emang butuh berapa?"

"Seadanya di kamu wae."

Anak saya cerita dari percakapan terakhir aneh sekali. Masa seadanya. Kalau misalnya punya uang Rp500 ribu berarti pinjem ya segitu. 

"Aku punya Rp200 ribu, belum dikirim mamah." Anak saya menirukan ucapan temannya di WhatApps

Percakapan terhenti karena kami telah sampai di Suncity Mall. Lalu kami menuju optik tunggal. Sepanjang perjalanan kami terus ngobrol soal temannya itu. 

Bagi saya ini sangat menarik, karena masih remaja sudah pinjem uang. Padahal kebutuhan anak sudah dicukupi orangtuanya. Lalu Linda meminjam uang untuk apa? terlebih dia berada di lain kota dengan anak saya.

Di kalangan anak kos, meminjam uang mungkin sudah biasa tatkala akhir bulan, karena kiriman dari orangtuanya belum datang. Jumlah uang yang dipinjam mungkin tidak seberapa, cukup untuk makan satu atau dua hari. 

Saya katakan pada anak, jika ada lagi teman ujug-ujug pinjam uang  harus dipahami terlebih dahulu, tujuannya apa dan perilaku anak tersebut. 

 Walaupun tujuan pinjam uang itu privacy, tetapi tak ada salahnya bertanya, "Untuk apa?" Kecuali jika niat tidak meminjamkan uang, ya bilang saja, "Maaf tidak bisa membantu."

Sementara untuk perilaku teman yang meminjam tersebut bisa  ditelusuri kepada teman-teman yang dulu satu kelas.  

Nah setelah ditelusuri, Linda ini kerap kali meminjam uang kepada teman-teman masa SMA dulu.

Seperti pernah dialami teman saya akhir-akhir ini, sebut saja Kinoy. Kinoy ini mengirim pesan pribadi kepada saya menanyakan tentang salah satu teman kami SMA dulu. 

"Sri, ingat si Fulan? dia chat aku, pinjem uang Rp500 ribu, itu orang gimana ya? bisa dipercaya gak?"

Kinoy berusaha mencari tahu seluk beluk, kebiasaan si Fulan, apakah dia nantinya akan bayar utang tepat waktu atau malah sebaliknya. 

Saya sebagai teman yang mengenal si Fulan mengatakan hal yang sama seperti pada anak saya, ketika bertanya tentang Linda.

"Ketika berani meminjamkan uang pada teman, ada 2 hal yang harus disiapkan, yakni, berani nagih jika si peminjam telat bayar, kedua berani ikhlaskan uang tersebut jika peminjam tidak bayar." 

Jika tidak siap dengan 2 hal itu, sebaiknya jangan beri pinjam.

Anak saya merenung dan memilih, "Aku tidak siap nagih dan tidak ikhlas jika teman tidak bayar, aku kan masih minta sama orangtua."

Sementara teman saya, Kinoy memilih, "Baik, aku kasih pinjam, jika si Fulan tidak bayar, ikhlas ko."

Permasalahan sekarang adalah bagaimana anak remaja yang masih tanggung jawab orangtua bisa meminjam uang kepada temannya atau online?

Ilustrasi foto via orami.com. Bagaimana agar remaja tidak terjerat utang
Ilustrasi foto via orami.com. Bagaimana agar remaja tidak terjerat utang

Kenapa anak meminjam uang pada temannya?

Sebagai orangtua yang memiliki anak remaja, sepertinya saya harus peka, jangan sampai anak melakukan hal yang sama seperti Linda, meminjam uang.

Anak meminjam uang pada umumnya bukan karena orangtua tidak memenuhi kebutuhannya. Bisa jadi anak itu banyak keinginan yang orangtua tidak tahu.

Seperti yang dialami teman saya si Fulan, sejak lulus SMA, dia punya kebiasaan meminjam uang dan tidak dikembalikan. Hingga sekarang kebiasaan meminjam itu masih dia lakukan, terbukti dengan meminjam pada si Kinoy tadi. 

Bagaimana agar anak tidak terjerat utang?

Saya berpikir, jika sejak remaja, anak  meminjam uang, akan menjadi kebiasaan buruk dan tidak bisa mengatur keuangan dengan baik hingga tua nanti.

Untuk itu saya berusaha mengajarkan anak tentang kebutuhan dan keinginan, hidup sederhana dan bersyukur

Kebutuhan dan Keinginan

Anak pada umumnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan yang prioritas dan keinginan yang sifatnya sementara, sehingga terjebak dengan utang piutang demi terpenuhinya keinginan.  

Seperti kita ketahui kebutuhan berdasarkan kepentingan terbagi menjadi 3 bagian, kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

 Kewajiban orang tua adalah memenuhi kebutuhan primer. Jika sudah terpenuhi barulah pada tingkat selanjutnya yakni kebutuhan sekunder.

Tingkat kebutuhan primer setiap manusia berbeda dan anak harus tahu hal itu. Misalnya, si anak A terpenuhi sandang, papan, pangan yang serba mewah. 

Kebutuhan si anak B tidak sama sama dengan anak A, karena kemampuan orangtuanya pun tak sama.

Jika si B ingin sama seperti si anak A. Orangtua harus waspada dengan keinginan si anak B.

Sementara untuk kebutuhan tersier tidak harus dipenuhi selama belum mampu. Jika memaksakan diri itu sudah termasuk keinginan. 

Perlu kiranya mengajarkan anak tentang hidup apa adanya, kesederhanaan. 

Kata orang tua mah, “Jangan melihat ke atas terus, lihatlah ke bawah, niscaya kita akan bersyukur.”

Jika anak terbiasa melihat ke atas, dia akan melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya tersebut, termasuk pinjam uang. Naudzubillah min dzalik . 

Mari perhatikan perilaku anak remaja kita jangan sampai dia bersikap boros, banyak keinginan yang pada akhirnya terjerat utang.

Terima kasih telah membaca, salam

_Sri Rohmatiah Djalil_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun