Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Ibu dari 1 putri, 1 putra

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cara Mengatasi Sadfishing pada Remaja, Tren Pamer Kesedihan di Media Sosial

14 Oktober 2022   08:54 Diperbarui: 15 Oktober 2022   05:02 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang, terutama remaja yang membagikan kisah menyenangkan dan menyedihkan di media sosial. 

Tujuannya beragam, bisa untuk menarik simpati, meminta dukungan atau sekadar posting saja agar dapat like dan follow.

Postingan yang menyenangkan, tidak ada masalah. Pembaca akan respon dengan baik, sedikit yang komen buruk. 

Namun, bagaimana jika remaja itu mengumbar kesedihan di media sosial dan dianggap melakukan sadfishing?

Penilaian setiap orang akan berbeda, ada yang simpati, mencibir atau cuek saja,"Urusan lho, ngapain gue pikiran," kata si Cuek bebek.

Apa itu Sadfishing?

Sadfisihing adalah istilah untuk menggambarkan postingan emosional seseorang yang berlebihan secara sengaja di media sosial, seperti keluhan, kesulitan, atau kesedihan.

Istilah sadfishing pertama kali diciptakan oleh wartawan Rebecca Reid pada tahun 2019 yang melibatkan postingan Kendall Jenner.

Jenner waktu itu memposting dirinya yang jerawatan di Instagram. Jenner yang seorang model, mendapat simpatik dari komunitas online. 

Kemudian orang-orang menyadari kalau postingan Jenner bagian dari iklan obat jerawat.

Menurut Reid, perilaku Jenner itu sadfishing dan Reid pun menuduh Jenner berlebihan untuk mendapatkan perhatian, suka, pengikut, atau simpati. 

Istilah itu akhirnya beredar luas, orang mulai menuduh orang lain yang posting kesedihan di media sosial.

Masalahnya, tidak semua orang memposting berita duka demi sebuah simpati atau menarik follower. Ada yang secara tulus sekadar posting biar kesedihannya berkurang. 

Penilaian sadfishing subyektif, tergantung persepsi pembaca.

Bahaya Sadfishing

Tidak ada yang salah posting kesedihan di media sosial. 

Posting kesedihan secara berlebihan, hingga ada niatan bunuh diri itu tidak baik. 

Bisa jadi, itu kode bahwa dia mengalami masalah kesehatan mental. 

Respon dari pembaca yang beragam akan memengaruhi mental anak.

Jika komentar positif akan menguatkan, berbeda jika komentarnya negatif akan lebih mengarah pada cyberbullying. 

Alih-alih remaja tersebut mendapat simpati, malah semakin tertekan dan cemas.

Bahkan, menurut sebuah survei, tuduhan sadfishing semakin merugikan remaja. Tuduhan itu akan menimbulkan masalah kesehatan mental ketika mereka tidak menerima dukungan yang mereka butuhkan secara online.

Survei tersebut juga menemukan bahwa remaja yang membuat postingan emosional berisiko menjadi sasaran predator online.

Orang yang menargetkan anak muda secara online akan mencari postingan yang rentan dan mencoba menjalin hubungan dengan tween atau remaja.

Mengatasi Sadfishing

Mengambil ponsel dan melarang anak bermain di media sosial, bukan langkah terbaik. 

Sekarang hampir semua remaja memiliki akun media sosial, walaupun tidak sedikit yang pasif. 

Seperti anak saya, ketika saya cek akunnya, hanya ada beberapa postingan saat ospek, itu karena tugas dari kampus harus posting di IG. 

Jika anak terlanjur posting kesedihan di media sosial, tak perlu marah,  berempati, rangkul anak dan jadilah sandarannya akan lebih baik. 

Berikut hal-hal yang bisa dilakukan jika anak remaja melakukan sadfishing. 

Empati 

Tanyakan kepada mereka bagaimana keadaannya dan mengapa memposting kesedihan secara online. 

Kita harus benar-benar mendengarkan tanggapannya tanpa menghakimi atau mencoba memperbaiki keadaan.

Menghakimi anak akan membuat dia jauh dari keluarga dan menambah kesedihannya

Kristin Rinehart, LISW, LCSW, TTS. Rinehart adalah Direktur Kesehatan Perilaku di Pusat Kesehatan Lembah Muskingum, mengatakan jangan membuat pernyataan yang menyakitkan anak dan membuat anak tidak mau bicara.

Contohnya, "Abaikan saja," atau "Kedengarannya tidak terlalu buruk."

Pernyataan tersebut seakan-akan orang tua tidak peduli terhadap anak.

Temukan solusi

Orang tua seyogyanya tetap membimbing dan membantu menemukan cara agar kesedihan anak bisa tersalurkan agar tidak curhat di media sosial secara berlebihan.

Untuk mengatasi kesedihan anak, orang tua bisa menyarankan anak untuk menulis di buku harian. 

Dia bebas mau menulis apa, mencurahkan semua kesedihan. Menulis di buku harian dipercaya akan mengurangi kesedihan. 

"Seorang remaja dapat mengambil manfaat dari menulis di jurnal atau memiliki ruang online pribadi untuk menulis," kata  Psikoterapis, Amy Morin, LCSW.

Perhatian

Anak yang curhat di media sosial kemungkinan besar karena dia tidak mendapat perhatian dari rekan-rekannya, terutama keluarga. 

"Sadfishing mungkin merupakan tanda bahwa seorang remaja mendambakan lebih banyak perhatian," kata  Morin dalam sebuah pernyataan di verywellfamily yang ditulis oleh Sherri Gordon, 2022.

Kesimpulan 

Sadfishing adalah istilah ketika seseorang baik remaja atau dewasa memposting kesedihan, keluhan, kesulitan di media sosial secara berlebihan. 

Tujuan dari mengumbar kesedihan tidak ada yang tahu, hanya orang tersebut yang tahu. 

Secara tidak langsung akan menambah like atau simpati dari pembacanya. Yang pasti dengan melakukan sadfishing akan timbul berbagai risiko. 

Risiko tersebut seperti, memperburuk kondisi mental, adanya cyberbullying, hingga rentan terhadap kejahatan online. 

Dengan berbagai risiko tersebut, seyogyanya kita saling mengingatkan, terutama orang tua.

Biasanya jika anak bersikap demikian orang tua tidak tahu, karena orang tua dan anak tidak saling follow di media sosial. Untuk itu teman dekat punya peranan penting untuk mengingatkan.

Walaupun di media sosial tidak saling mengikuti, membangun kedekatan di rumah sangat penting, jadilah tempat curhat pertama bagi anak.

Semoga bermanfaat,

Salam dan terima kasih telah singgah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun