Jika Akbar atau individu lain memiliki kematangan emosi, dia akan menunggu untuk berbicara baik-baik pada si pembully.
2. Pemahaman diri sendiri
Saya sering mendengar petuah dari orang tua, walaupun keadaan rumah tangga menyedihkan, jangan tunjukkan di depan umum. Walaupun sedang sedih, ketika ada tamu, tunjukkan rasa bahagia.
Ketika kita mampu mengubah emosi ke emosi lain, itu artinya memiliki reaksi emosional yang stabil. Di mana kita memahami hal yang dirasakan saat itu dan mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi, juga tahu bagaimana cara mengatasinya.
Untuk mencapai kematangan emosi, tidak mudah, apalagi bagi remaja yang sedang mencari jati diri. Hal ini perlu adanya kerja sama dari orang tua.
Apa yang harus dilakukan orang tua untuk membantu kematangan emosi remaja?
Dari peristiwa Akbar, saya berpikir, Akbar mengalami tekanan dari orang tuanya ketika hendak berangkat sekolah, sehingga membuat dia emosi.
Sejauh yang pernah saya perhatikan anak akan marah ketika dibangunkan, apalagi jika waktu tidur malamnya sedikit.
Ketika anak marah pada waktu pagi, saya berusaha cepat kontrol emosi, jangan ikut marah. Saat anak berangkat tetap kita ingatkan untuk pamit pada orang tua sambil mengucapkan salam.
Saya pernah merasa tidak terkontrol dan ngomel menasehati anak, anak pun diam. Ketika akan berangkat, saya peluk dan minta maaf. Anak pun berganti memeluk dan minta maaf. Dia berangkat sekolah tidak membawa kemarahan.
Saya selalu ingat apa kata Ibu, katanya, "Jangan biarkan anak atau suami, keluar rumah dalam keadaan marah."
Untuk mencapai kematangan emosi pada remaja, orangtua bisa melakukan hal-hal berikut:
1. Bersikap hangat dan terbuka