Walaupun tidak semua remaja mengalami badai dan tekanan, tetapi pada umumnya mereka mengalami ketidakstabilan.
Pikunas (1976) menyatakan bahwa periode remaja ini dipandang sebagai masa storm and stress. Masa itu sebagian remaja mengalami frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta.Â
Mereka juga mulai muncul perasaan tersisihkan dari kehidupan sosial budaya. Terutama ketika di sekolah.
Masalahnya emosi marah yang berlebihan tersebut berlanjut atau tidak hingga akhir remaja? Akhir remaja diketahui usia 18-21 tahun.
Emosi yang menggebu-gebu seperti Akbar akan menyulitkan dirinya, orang tuanya, juga temannya. Namun, emosi yang menggebu-gebu juga bermanfaat, yakni lingkungan sekitar mengetahui karakter seseorang. Pun bagi Akbar, dia akan mengambil pelajaran dari reaksi teman-temannya dan guru.
Jika mereka berhasil mengolah emosi marah yang menggebu pada masa remaja, ke depannya akan memiliki kematangan emosi. Mereka akan berpikir logis sebelum bertindak.
Kematangan Emosi
Sebagian besar, baik orang dewasa, remaja, anak seringkali mengedepankan emosi marah jika menghadapi masalah. Namun, ada pula orang yang berpikir terlebih dahulu sebelum meluapkan emosinya.
Menurut Hurlock, 1980, kematangan emosi pada remaja ditandai dengan :
1. Kontrol diri
Seseorang baik remaja atau orang dewasa memiliki kematangan emosi ketika dia mampu menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya. Caranya pun tidak dengan marah, tetapi berbicara baik-baik.
Misalnya, Akbar yang dihina oleh temannya. Semua orang tidak senang dihina, direndahkan di depan umum, ketika mendapat perlakukan tidak baik, secara otomatis akan marah untuk membela diri atau balas.