Seperti yang pernah dilakukan Uripto Widjaya, pendiri PT. Galva. Pada tahun 2014. Ia membuat kolam tadah hujan dengan menggunakan plastik.Â
Kolam tersebut dibuat untuk memperbaiki kualitas hidup 400 keluarga di Gunungkidul, Yogyakarta yang sulit mendapatkan sumber air minum. Sebagaimana yang saya saksikan di acara Kick Andy, Metro TV, 2017.
Pembuatan kolam tadah hujan tentunya telah dilakukan penelitian agar air hujan layak konsumsi. Penelitian pula telah dilakukan oleh peneliti dari Monash University Melbourne, Australia.
Dalam study ini peneliti memantau 300 rumah yang menggunakan air hujan sebagai sumber air minum utama yang dikumpulkan di tangki air. Â Mereka mencatat kondisi kesehatannya selama satu tahun.Â
Hasil dari penelitian tersebut, para periset menemukan, tingkat gastroenteritis atau flu perut yang disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu sangat mirip dengan masyarakat yang minum air keran yang terawat.Â
Artinya berdasarkan penelitian dari Monash University Melbourne, Australia mengonsumsi air hujan secara langsung terbilang aman dari risiko penyakit.
Karin Leder, kepala unit penyakit menular di departemen epidemiologi Monash University, menyatakan, orang  yang minum air hujan secara langsung tidak menunjukkan peningkatan risiko penyakit. Hal ini jika dibandingkan dengan mereka yang meminum air hujan yang disaring.
Mengacu pada penelitian di atas, air hujan aman dikonsumsi. Namun, dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, air hujan menjadi berbahaya. Mungkin benar apa yang dikatakan ibu saya dulu, jangan minum air hujan nanti merusak gigi.
Alasan Air Hujan Tidak Aman Diminum
Air hujan yang tercemar tidak aman untuk dikonsumsi. Dalam hal ini saya mengacu pada berita dari kompas yang mengatakan 90 persen penduduk Pontianak mengalami kerusakan gigi akibat konsumsi air hujan dan gaya hidup.
"Sembilan dari sepuluh masyarakat Kota Pontianak dan sekitarnya mengalami kerusakan gigi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Multi Junto Bhatarendro di Pontianak, Kamis (22/7/2010), seperti yang saya kutip dari Kompas Pontianak, 2022.
Menurut Muti Junto, tingginya angka kerusakan gigi pada masyarakat Pontianak karena sebagian warga masih mengonsumsi air hujan. Pun kurangnya kesadaran dalam perawatan gigi.Â
Air hujan bisa merusak gigi karena kandungan zat kapurnya rendah, sedangkan kandungan keasaman tinggi, sehingga tidak disarankan untuk dikonsumsi. Namun, air hujan dapat merusak gigi perlu ada penelitian lebih khusus. Selama ini saya belum menemukan jurnal hasil penelitian.Â