Selain sebagai ungkapan rasa syukur, bersih desa dapat membentuk solidaritas, rasa gotong royong antar warga. Sejatinya selama proses kegiatan banyak melibatkan warga dan perangkat Pemdes. Solidaritas sosial warga tampak dalam tindakannya, seperti membayar iuran, kerja bakti, rewang, kenduri dan saat puncak acara.
Puncak acara dari bersih desa sama seperti yang telah dilakukan tahun sebelumnya yakni pertunjukkan kesenian wayang kulit reog dan atraksi dari pesilat Persaudaraan Setia Hati (PSHT) Rayon Sidomulyo.
Pertunjukkan kesenian ini menurut Kepala Dusun Sidorejo, Bu Ribut Ari Sumaryati sebagai upaya melestarikan seni dan budaya.
Seperti kita ketahui wayang kulit dan reog sudah ada sejak zaman dahulu. Sementara perguruan PSHT sudah satu abad berkibar di Indonesia.
Wayang Kulit
Pertunjukkan wayang kulit bagian dari rangkaian bersih desa yang digelar pada Kamis malam (1/9/2022) di halaman rumah Kepala Dusun Sidomulyo. Sebagian besar warga sangat menyukai wayang kulit, sehingga sangat antusias menyaksikannya.Â
Wayang kulit bukan saja sekadar kesenian, tetapi banyak membawa pesan moral yang kuat, budi pekerti luhur, juga kritik sosial.Â
Pertunjukkan wayang kulit juga tak lepas dari asal-usulnya, di mana seperti yang diberitakan Kompas, (16/11/2021), Guru Besar Ilmu Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Prof Kasidi Hadiprayitno menyatakan bahwa wayang sudah ada jauh sebelum abad ke-9. Pun dijadikan sebagai media penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga.
Sejak 2003, kesenian Wayang Kulit telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pertama Indonesia dalam kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Reog Ponorogo
Reog adalah kesenian khas Ponorogo yang sering dipentaskan pada acara-acara tertentu, misalnya, pernikahan, khitan, dan sebagainya.
Ke·masy·hur·an kesenian Reog Ponorogo tidak bisa lepas dari asal-usulnya yang menarik. Mengutip dari jurnal kebudayaan.kemdikbud yang ditulis oleh Ayu Sutarto, asal-usul reog dan perkembangannya memiliki 2 versi