Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengenal Istilah-Istilah Bercocok Tanam Padi dalam Bahasa Jawa

29 Juni 2022   19:04 Diperbarui: 30 Juni 2022   10:48 4202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pekerja sedang ndaut. Foto by kompas.com 

Cara bercocok tanam padi setiap wilayah sama dan istilah dalam bahasa Indonesia pun sama. Misalnya, kata benih, pesemaian, membajak, mencangkul, memetik padi, panen dan lain sebagainya.

Namun, kita pun perlu mengenal istilah dalam bahasa daerah kerena sejatinya bahasa daerah bagian dari kebudayaan yang harus dijaga.

Dalam hal ini, saya akan memperkenalkan istilah-istilah bercocok tanam dalam bahasa Jawa, walaupun ada yang masuk ke dalam KBBI. 

Istilah dalam bercocok tanam perlu diketahui petani milenial yang baru berniat atau sudah masuk ke dunia pertanian. 

Seperti kita ketahui, pekerjaan di sawah didominasi kaun sepuh. Pemuda desa banyak yang merantau ke kota atau lebih memilih bekerja di perusahaan. Padahal yang dapat mendokrak kualitas SDM di bidang pertanian adalah pemuda, pemudi yang sering disebut kaum milenial.

Berikut istilah-istilah bercocok tanam padi di Madiun

Mata pencaharian warga desa pada umumnya bertani karena masih banyak lahan pertanian peninggalan orang tua mereka. Bertani sepertinya pekerjaan yang turun temurun, walaupun ada sebagian warga yang bekerja di kantor atau perusahaan.

Istilah dan tata cara dalam bercocok tanam padi sudah ada sejak nenek moyang. Petani pun menyakini tata cara yang diajarkan orangtua akan membawa keberkahan dalam menghasilkan panen dan itu sudah terbukti hingga sekarang. Banyak petani yang sukses dengan hasil panennya.

Berikut istilah prosesi bercocok tanam padi di Madiun:

1. Nginteri

Ketika masa tanam tiba, petani mulai membuat benih. Sebelumnya benih sudah disiapkan dari hasil panen yang bagus. Tahap memilih bibit padi tersebut dinamakan nginteri atau ditapeni.

Proses memilih ini berbeda dengan sekarang. Kalau dulu langsung memilih batang padi yang berisi butir-butir padi, lalu dipotong.

Dalam memilih butiran padi (gabah) jangan terlalu tua atau muda, pokoknya yang berisi dan warnanya kuning segar. Potongan-potongan tersebut diikat dalam beberapa ikatan atau untingan.

Untingan-untingan tersebut dijemur selama satu hari atau sampai kering. Jika masa tanam masih lama, untingan bisa disimpan dulu. Ketika hendak dipakai benih, untingan dijemur lagi satu hari.

Sekarang untuk mendapat benih unggul tidak dengan cara diikat/untingan. Petani merontokkan padi dengan mesin perontok dan dimasukkan ke dalam karung setelah kering.

Proses membuat bibit padi

Butiran padi (gabah) setelah melalui nginteri lalu direndam dalam bakul besar yang disebut tenggok.

Setelah direndam satu malam, diangkat dan tiriskan, lalu tutup dengan daun pisang. 

Jika tidak memakai tenggok bisa juga gabah tersebut dimasukkan ke dalam karung, tutup rapat. Selama 2 sampai 3 hari biarkan dalam karung. 

Setiap sore gabah yang berada dalam karung disiram air hangat dan tutup kembali.

2. Pawinihan

Ketika benih padi dalam proses perendaman, petani menyiapkan tempat untuk pesemaian padi dan sering disebut pawinihan.

Lahan pawinihan luasnya disesuaikan dengan jumlah benih padi. Prosesnya sama yakni lahan kosong dibajak (ngluku) lalu digaruk. Setelah diisi air cemek-cemek, benih yang sudah 3 hari direndam disebar rata.

Benih padi yang sudah disebar di pawinihan, biarkan selama 18-25  hari, tentunya ada perawatan seperti dipupuk, diairi.

3. Ngluku

Ketika mendekati masa tanam, benih padi sudah siap tanam, petani menyiapkan lahan untuk ditanami benih padi.

Prosesnya dimulai dari ngluku atau bajak sawah. Ngluku sawah pada zaman dahulu memakai tenaga kerbau. Sekarang memakai mesin bajak.

Ngluku dilakukan untuk membalik tanah agar mudah dicangkul. Setelah itu, tanah didiamkan satu malam. Selanjutnya, tanah diolah dengan menggunakan alat yang dinamakan garu.

Garu berfungsi untuk meratakan lahan dan tanah menjadi lunak dengan dibantu pengairan. Setelah selesai dibajak, tanah diberi pupuk kimia atau pupuk kandang.

Jika pemupukan menggunakan pupuk kimia, tanah yang sudah digaru hanya didiamkan satu malam dan besoknya bisa ditanduri benih padi. pemupukan disebut ngerabuk.

Berbeda jika menggunakan pupuk kandang. Proses dari ngluku ke garu menunggu satu minggu. Setelah tanah digaru diberi pupuk kandang dan menunggu lagi satu minggu untuk ditanami benih padi. Pupuk kandang pun jarang digunakan pada musim rendeng atau penghujan karena tanaman akan mudah busuk.

Foto pekerja sedang ndaut. Foto by kompas.com 
Foto pekerja sedang ndaut. Foto by kompas.com 

4. Ndaut

Ndaut adalah proses pencabutan bibit padi yang siap tanam. Petani bisa mencabut benih antara usia 18-20 hari atau 21-25 hari.

Bibit padi usia 18 hari sampai 21 hari memiliki keunggulan, yakni padi itu akan subur dan menghasilkan anakan yang banyak. Kekurangannya, jika kondisi sawah banyak air, bibit akan terendam air dan membusuk.

Bibit padi usia 21 hari sampai 25 hari keunggulannya bibit akan lebih tahan air, tetapi tingkat kesuburannya kurang. Anak yang dihasilkan oleh padi usia di atas 21 hari lebih sedikit dibandingkan bibit yang usia di bawah 20 hari.

Pada umumnya yang ndaut ialah laki-laki. Ndaut dilakukan dengan cara jongkok, setengah badan ke bawah terendam air, tangan mencabut benih padi. 

Setelah bibit padi diikat, ditata sedemikan rupa lalu dipikul dan dipindah ke lahan yang sudah digaru. Proses pemindahan tunas padi disebut banjari.

5. Tandur

Setelah ndaut dan bibit padi dibanjari, para ibu melakukan tandur. Tandur adalah proses penanaman bibit padi.

Cara tandur dengan berjalan membungkuk mundur, ibu jari, telunjuk dan jari tengah memegang pangkal batang dekat akar benih, lalu ditancapkan ke dalam tanah kira-kira 10 cm. Cara mundur teratur ini agar benih yang sudah ditanam tidak rusak karena terinjak kaki.

Agar rapi dan lurus, ada dua orang yang memegang tali dari ujung kiri dan kanan. Tali yang dipegang dua orang tersebut sudah diberi tanda per 15 cm. Teknik seperti ini masih dipakai hingga sekarang karena terbukti membuahkan hasil dan mudah dilakukan oleh ibu-ibu petani.

Foto ibu-ibu tandur dari kompas.com
Foto ibu-ibu tandur dari kompas.com

6. Sulam

Kita mengenal istilah sulam sebagai kegiatan merenda benang. Dalam dunia pertanian sulam adalah mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang sehat. Hal ini sesuai dalam KBBI, menukar (menyilih) tanaman yang mati dengan tanaman yang sehat.

Sulam dilakukan pada hari ke-10 sampai ke-15 setelah masa tandur.  Saat banjari benih untuk sulam sudah disiapkan di beberapa titik. Jika tidak, petani akan meminta atau membeli dari petani lain yang benihnya sisa. Sulam juga bisa dilakukan bersama dengan matun.

7. Matun

Selama dalam pertumbuhannya, tanaman padi yang masih muda tidak hanya dibiarkan begitu saja, melainkan perlu dirawat dan dijaga agar tidak ada tumbuhan liar yang merusak. Oleh karena itu, ada tahap yang disebut dengan matun.

Matun merupakan pekerjaan membersihkan rumput-rumput yang tumbuh disela-sela tumbuhan padi. Selain membersihkan rumput, orang yang matun menginjak-injak tanah agar akar tanaman padi satu dengan lainnya terpisah.

Matun biasanya dikerjakan oleh kaum perempuan pada waktu padi hingga pukul 10.00.  

8. Derep

Dalam KBBI online, kata derep artinya memotong padi dengan imbalan kurang lebih seperlima dari hasil panen.

Proses derep menggunakan ani-ani. Ani-ani ini berupa alat dari sekeping kayu dan bambu kecil dengan sebilah logam di pinggir kayu yang berfungsi sebagai pisau. Pisau ini yang memotong  tangkai bulir padi.

Derep sama dengan matun dan tandur, perannya oleh perempuan yang dulunya ikut tandur.

Pembagian lahan untuk diderep biasanya diatur oleh pemimpin tandur. Namun, ada juga yang berpasangan dengan suami atau keluarganya.

Upah dari hasil derep dinamakan bawon. Perhitungan bawon tiap daerah berbeda-beda. Di desa Sidomulyo upah bawon sebesar sepersembilan dari hasil derep. Artinya setiap 9 kg gabah, orang yang derep membawa 1 kg gabah. Jika si A mendapat 600 kg gabah berarti dia mendapat upah 900 kg dibagi 9 kg, jadi si A mendapat upah 100 kg. 

Upah sepersembilan tidak paten, pemilik sawah sering menambah upah minimal 10 kg atau ada pengurangan dari ketentuan kelompok tani, misalnya jadi seperdelapan, sepertujuh. Intinya ada kekeluargaan dalam hal upah. 

***

Demikian beberapa istilah dalam proses bercocok tanam padi di Madiun. 

Terima kasih telah membaca. Salam

Referensi 1 dan 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun