Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

5 Tips Terapkan "Grounding Kids" yang Efektif untuk Disiplinkan Anak

4 Juni 2022   13:19 Diperbarui: 7 Juni 2022   20:00 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak melanggar aturan sepertinya pernah dialami setiap anak, terutama anak laki-laki yang menginjak remaja. Banyak yang ingin mereka coba, terutama ketika sudah mengenal teman-temannya di sekolah dan lingkungan.

Menghabiskan waktu bersama teman-temannya baik melalui chat whatApps atau di dunia nyata adalah hal yang paling ingin mereka lakukan. Main game bareng teman online, nongkrong di kafe hingga  melewati jam malam, itulah hal yang mengasyikkan bagi sebagian anak baru gede. 

Masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran kecil yang biasa dilakukan anak, seperti berkelahi dengan teman atau saudara, berbohong.

Apapun pelanggarannya, untuk mendisiplinkan anak, orang tua biasanya memberlakukan grounding kids. Namun, sebelum itu dilakukan, pahami dulu yu dampak negatif dan bagaimana cara bijak memberlakukan grounding pada anak.

Baca juga Alasan dan Mengatasi Self Talk Negatif pada Anak

Apa itu Grounding Kids 

Grounding adalah hukuman yang diberlakukan pada anak karena melanggar aturan. Hukuman tersebut biasanya membatasi hak-hak anak dalam jangka waktu tertentu. Contohnya mencabut akses WiFi, melarang anak bermain ke luar rumah, uang jajan tidak dikasih, dan sebagainya.

Pemberlakukan hukuman pada anak bukan tanpa alasan. Pada umumnya karena tidak menaati peraturan, tidak disiplin, nakal dan lain sebagainya.

Grounding bisa tampak seperti solusi sempurna untuk anak remaja yang melanggar aturan. Namun, sebenarnya itu bukan solusi tepat jika diterapkan sebagai hukuman tanpa kasih sayang.

Dampak Negatif Pemberlakuan Grounding Kids

Orang tua perlu menetapkan batasan pada anak karena itu bagian dari tanggung jawab.  Memberikan hukuman sebagai bentuk mendisiplinkan anak. Namun, jika diterapkan tidak bijak akan menimbulkan dampak negatif bagi anak.

Menurut Dona Matthews, Ph.D. , seorang psikolog perkembangan anak dalam tulisannya di Psychologytoday, grounding akan menyakiti anak dan orang tua. Dapat merusak hubungan orang tua secara permanen, menciptakan kebencian dan permusuhan keduanya. 

Sementara, mengutip dari TheAsianParent, grounding kids akan berdampak negatif lainnya, di antaranya adalah :

1. Anak akan dendam

Grounding adalah menyakitkan, apapun bentuknya, terlebih jika menghukum di depan umum. Anak akan diam tetapi bisa jadi dalam hatinya tersimpan malu dan berkembang menjadi dendam. Jika anak disakiti, dia akan mengingatnya hingga dewasa bahkan sampai dia jadi orang tua. 

Baca juga : 4 Tanda Orangtua yang Toksik dan Dampak Negatif pada Anak

2. Anak selalu cemas

Ilustrasi menghukum anak. Foto by kompas.com 
Ilustrasi menghukum anak. Foto by kompas.com 

Ketika kita memberi hukuman tanpa alasan, anak akan merasa cemas, selalu ada perasaan takut dimarahi, takut dihukum, sekalipun aktivitasnya positif. Contohnya ketika ada ektra di sekolah yang mengharuskan pulang terlambat, dia akan mudah menolak.

"Tidak mau, nanti dihukum Mamah, Papah."

3. Anak akan menentang

Ketika anak dihukum ada dua kemungkinan, diam atau berontak. Kedua reaksi tersebut sama-sama berisiko. Jika anak diam dan selalu nurut, itu akan merusak emosinya, anak kemungkinan akan defresi.

Jika berontak, anak akan melakukan kesalahan yang sengaja dan berulang, bahkan menjadi pembohong ulung.

4. Anak akan membuat orang tua kewalahan

Apapun reaksi anak terhadap grounding, jelas akan membuat orang tua kewalahan dan  pada akhirnya dibiarkan saja. 

Masih banyak dampak dari sebuah hukuman pada anak jika tidak dilakukan dengan penuh kasih sayang.

Kalau begitu boleh dong menghukum anak?

Cara Saya Menghadapi Anak yang Melakukan Kesalahan

Saya pernah menghadapi anak yang pulang melewati jam malam. Ketika malam Minggu, dia minta izin untuk main di lapangan Gulun bersama 3 teman lainnya

Sebelum saya bertanya kenapa pulang terlambat, dia sudah berkata, "Mamah maaf aku terlambat, tadi motornya dipinjam teman, ternyata mogok, dia jadi nungtun motor hingga ketemu bengkel."

Saya diam bukan berarti membenarkan tindakannya. Setelah dia tenang, saya menyuruhnya untuk mandi dan tidur. 

Ketika kita menghadapi anak yang bermasalah, jujur saya juga ingin emosi, menghukumnya. Namun, emosi akan membuat anak berontak. 

Tahan ...!

Bersikaplah tenang, jangan berdebat, bernegosiasi, memberi kuliah, atau meminta tanggung jawabnya. Tetap fokus pada hubungan baik, daripada terganggu oleh pelanggaran aturan yang telah dilakukan anak.

Tidak peduli seberapa besar mereka menentang nilai dan aturan kita. Anak yang menentang masih membutuhkan cinta, rasa hormat, dan opini yang baik dari kita.

Ilustrasi Tips Menerapkan Grounding. Dokpri
Ilustrasi Tips Menerapkan Grounding. Dokpri

Tips Menerapkan Grounding Kids

Menghukum anak menjadi salah satu cara mendisiplinkan, tetapi kita pun harus tahu bagaimana menerapkan grounding pada anak agar hasilnya efektif.

1. Berbicara dengan anak

Salah satu cara untuk "mengajarkan disiplin" adalah dengan menciptakan percakapan yang aman, rileks, tidak tegang. Untuk mengurangi ketegangan, kita bisa menyelipkan selera humor, tetapi bukan menertawakan.

Saat  suasana sudah mencair kita bisa mengajukan pertanyaan, kenapa terlambat, kenapa berantem. Lalu biarkan anak bicara, kita mendengarkan. Ingatlah bahwa anak memiliki alasan atas apa yang dia lakukan. Kita mungkin tidak menganggapnya sebagai alasan yang baik, tetapi baginya, itu adalah alasan. Jika kita tidak mengetahui alasannya, kita tidak dapat mencegah kekambuhan.

2.  Fokus pada tujuan

Bermain bersama teman sebaya itu tantangan. Jika kita tidak menerapkan batasan, anak akan blablas tanpa rem, lupa akan tujuan, cita-citanya.

Orang tua harus selalu mengingatkan dan memberi instruksi yang mudah dimengerti anak untuk berusaha mencapai tujuannya. Tidak perlu menyuruhnya belajar dengan kata-kata tegas, "Kamu harus belajar, jangan main terus!"

Kita bisa mengubahnya, "Selesaikan dulu tugas sekolah, baru setelahnya boleh main, tetapi segera pulang sebelum magrib."

3.  Jangan berlebihan

Suatu hari, saya tidak melihat teman anak saya bermain bola di belakang rumah. Saya pun bertanya pada anak, "Mas Fulan kemana?"

Dia menjawab, "Nggak boleh main sama bapaknya, dia kena hukuman karena kemarin ketahuan main jauh."

Mengurangi kegiatan favorit anak adalah salah satu cara melakukan grounding. Namun, jika melakukannya berlebihan dan merampas hak bermain, anak akan kesal dan tidak akan belajar dari kesalahan.

4.  Tentukan konsekuensi

Menerapkan grounding harus sesuai usianya agar anak mengerti. Kita tidak bisa melarang tanpa alasan dan konsekuensi yang ngambang. Gunakan juga kata "jika ..., maka ..."

Kita pun bisa duduk bersama anak membicarakan aturan dan konsekuensinya jika ada pelanggaran. Misalnya ketika anak kecil menjatuhkan remot, bisa mengatakan, 

"Kalau adik menjatuhkan remote televisi, maka tidak dapat menonton selama dua hari."

Kita bisa menjelaskan kenapa tidak bisa menonton selama dua hari. Remote harus dibetulkan, jika membeli lagi harus menunggu punya uang dan lain-lain.

5. Ciptakan dan pertahankan suasana keluarga yang positif

Daripada kita sering mengkritik, menegur, lebih baik kita memberi contoh. Kita yang terlebih dahulu menciptakan sikap positif.

Seorang anak yang tumbuh di iklim damai tanpa perselisihan, jauh dari kritik, dia lebih percaya diri dan sukses, lebih bahagia dan lebih sehat. 

Semoga bermanfaat,
Terima kasih telah membaca,

salam,
Bahan bacaan : 1 dan 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun