"Kenapa sih yang mau sewa rumah ko batal," kata salah satu tetangga saya.
Komentar tersebut sering saya dengar ketika ngecek rumah yang sudah satu tahun kosong.
Memang agak kecewa gagal terus mendapat penyewa rumah, tetapi penyewa itu seperti jodoh, kalau belum jodoh ya lepas lagi. Jodoh itu susah-susah gampang, coba saja tanya sama para jomblo, ups ... maaf.
Kita tidak bisa mengatakan "Jodohku maunya dirimu." Mau nyanyi, nangis setiap hari pun kalau bukan jodoh gak bisa bilang maunya dirimu. Dulu saja saya sampai jungkir balik maunya berjodoh dengan Adam Jordan, hikhik karena bukan jodoh ya tidak dipertemukan.
Ibarat jodoh juga, memilih penyewa rumah harus hati-hati, kalau tidak, kita bisa kena batunya karena ulah penyewa. Seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu di desa saya. Rumah kontrakan milik salah satu warga digerebek Polres Kota karena dipakai untuk produksi miras. Saya tulis beritanya di MetasatuÂ
Berkaca dari kejadian tersebut, kita tidak bisa asal dalam hal menetapkan penyewa. Ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan ketika menyewakan rumah. Bukan hanya soal kemampuan finansialnya semata. Jik perlu, kita susun kriteria khusus pada calon penyewa dan disampaikan sejak awal kesepakatan, lebih bagus secara tertulis.
Ada beberapa kriteria yang harus kita perhatikan terkait penyewa rumah agar aman.
1. Â Kenali penyewa
Jika rumah kita sudah ada yang naksir untuk ditempati, kenali siapa penyewa tersebut. Caranya dengan meminta kartu identitas. Nantinya foto copy KTP kita serahkan kepada perangkat yakni ketua RT.
Selain itu kita harus membuat kesepakatan tertulis di atas materai terkait hal-hal yang harus diperhatikan oleh penyewa. Jika rumah di kampung biasanya mengandalkan kekeluargaan, kepercayaan, tetapi minimal ada kuitansi pembayaran. Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi risiko di kemudian hari.
2. Â Kemampuan membayar
Salah satu filter paling utama adalah kemampuan penyewa untuk membayar biaya sewa. Kita tekankan uang sewa dibayar dimuka. Kemampuan membayar itu penting karena kita tidak mau pusing nagih-nagih terus, sementara penyewa terus berdalih.Â
Jika ia beralasan membayar secara dicicil, sebaiknya buat perjanjian tertulis kapan ia melunasi. Namun, penyewa model seperti ini tandanya tidak punya cukup dana, kita wajib mempertimbangkannya.Â
3. Â Kejujuran
Rumah yang digunakan produksi miras, saya kira karena tidak ada kejujuran dari penyewa. Apakah dia akan menggunakan rumah tersebut untuk usaha atau tempat tinggal.
Jika kita merasa ada kejanggalan dari penyewa, sebaiknya telusuri kebenarannya. Misalnya minta bukti penghasilan dari kantornya atau cek profilnya ke alamat yang tertera di KTP. Jika terbukti berbohong, bisa saja ini menjadi tanda tidak beres. Biasanya kebohongan kecil di awal bisa memicu ketidajujuran lainnya.
4. Kerapian
Ketika ada orang yang hendak menyewa rumah kita, pastikan orang tersebut mencintai kerapian, caranya bisa dilihat dari penampilan. Bukan menilai rendah yang berpenampilan sembrono, tetapi kalau orang yang menjaga penampilan, pada umumnya ia suka kebersihan.
Kita tidak ingin rumah yang disewakan berantakan atau rusak tak terurus. Mengutip dari kompas, Brandon Turner salah satu investor real estate di AS menilai,jika  jika gaya hidup sehari-hari penyewa bersih dan teratur, berarti mereka merawat properti dengan baik.
5. Bebas dari tindak kriminal
Pastikan calon penyewa rumah kita, berkelakuan baik, tidak pernah terlibat tindak kriminal, obat-obatan, perjudian. Cara mengetahuinya bisa memanfaatkan media sosial atau survei langsung ke alamat KTP yang ia tunjukkan.
Jangan seperti kasus rumah yang digunakan produksi miras. Dari hasil penyelidikan Polres Kota, penyewa berdomisili di Solo, tetapi ngontrak di Madiun. Harusnya sudah curiga, dia ke Madiun apakah karena pekerjaan atau ada alasan lain.
Alasan kontrak rumah memang sih jadi privasi seseorang, kita tidak berhak tahu, tetapi wajar juga kita bertanya. Seperti orang yang akan mengontrak rumah saya, dia akan memperkenalkan diri dan alamat asal. Sehubungan rumah itu dipinggir jalan, saya akan bertanya, "Rencananya mau dipakai usaha apa?"Â
6. Â NotarisÂ
Ko ribet ya harus pakai jasa notaris? penting sekali jika sewa dalam jangka waktu lama agar tidak ada pihak yang dirugikan. Namun, sebelum ke notaris, diskusikan dulu siapa yang bayar ke notaris dan pajak sewa. Bisa dari penyewa atau biaya ditanggung berdua.
Apalagi jika rumah yang kita kontrakan terletak dipinggir jalan besar yang strategis untuk usaha. Semua kemungkinan bisa dibicarakan di awal dan di depan notaris.
Jangan sampai berpikir karena menetapkan kriteria, kita jadi sulit mendapatkan penyewa. Kriteria kita tetapkan demi kebaikan di masa depan. Sebelum menentukan kriteria terbaik, sebaiknya perbaiki dulu rumah kontrakan kita agar mendapat penyewa yang baik pula.
Seperti jodoh kan? sebelum mendapatkan pasangan terbaik, perbaiki dahulu perilaku kita. Yang belum mendapat jodoh semoga disegerakan, Aamiin.
Semoga bermanfaat.
#Sri Rohmatiah Djalil
Baca juga: Cara Mengatasi Skimming
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H