Saya memahami playlater setelah membaca artikel Dani Ramdani yang berjudul " Fenomena Paylater di Tengah Menjamurnya Pinjol Ilegal" tanggal 12/05/2022.
Dari artikel Dani Ramdani, saya berusaha mencari sumber lain terkait paylater. Bukan hendak utang, hanya sekadar ingin tahu karena sebelumnya ketika memesan hotel melalui Agoda ada pilihan pembayaran paylater dan bayar tunai.
Tidak mengerti maksudnya, akhirnya saya DM pihak hotel yang nomornya sudah tertera di google. Pihak hotel menjelaskan tentang paylater. Saya hanya bilang "Ok" walaupun sebenarnya tidak ngerti.
Ini bukan pertama kali memesan hotel via online, sebelumnya saya selalu memesan hotel ke berbagai kota sesuai kebutuhan acara pameran lukis.Â
Setiap boking hotel selalu bayar tunai lewat indomaret. Selama Pandemi ini tidak ada acara pameran ke luar kota jadi baru tahu kalau ada bayar hotel bisa nanti alias utang dulu.
Kalau diperhatikan paylater sama dengan kartu kredit atau utang. Dari zaman baheula utang tetap ada, dan sering dimanfaatkan orang yang sudah berumah tangga. Seperti utang panci, utang baju keliling. Penyedia jasa biasanya keliling kampung nawarkan kredit. Ada yang mingguan, bulanan, tergantung kebijakan pemberi jasa.Â
Sekarang lebih canggih, bahasa pun pakai Inggris 'Paylater", saya menduga pengguna juga bukan saja orang tua seperti zaman dulu. Remaja, anak-anak pasti sudah faham. Sebagai contoh, kemarin anak saya yang masih remaja memesan sepatu di shopee. Dia tanya kepada saya pembayarannya lewat bank, indomaret atau paylater. Saya pun teringat artikel Bang Dani dan menyuruh anak saya bayar lewat indomaret secara tunai.
Kemudahan membeli, membayar lewat aplikasi, anak remaja ada kecenderungan memilih pembayaran lewat paylater tanpa bertanya kepada orang tua.Â
Dulu anak remaja suruh utang garam ke warung saja malu. Sekarang kerena utang tanpa tatap muka rasa malu jadi hilang.
Paylater, "beli sekarang bayar nanti" dinilai sebagian orang bisa membuat candu para penggunanya. Dengan kemudahan, pengguna akan terus menumpuk utang.
Namun, benarkah paylater bisa membuat candu?
Mengutip dari kompas, paylater tak ada bedanya dengan kartu kredit. Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan paylater adalah fasilitas kredit konsumsi. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada beda antara paylater dengan kartu kredit atau pinjaman kredit tanpa agunan (KTA).
Namanya juga memakai uang orang lain tentu ada syarat dan ketentuan. Pengguna biasanya tidak membaca secara detail syarat, konsekuensi bunga dan denda keterlambatan. Ketika terlambat membayar dan ada bunga yang terus bertambah, pengguna mengeluh.
Padahal sejak zaman nenek moyang, utang ke bank, atau utang barang, suku bunganya tinggi, misalnya saja utang motor ke dealer, harga tidak mungkin dari harga tunai dibagi 12 bulan atau masa pembayaran.
Perhitungan suku bunga dalam kredit barang atau kredit bank sudah jadi rahasia umum. Kalau tidak ingin terjerat bunga, sebaiknya tahan, jangan berutang. Jika ingin sesuatu, usahakan menabung dulu. Kata Bhima, "Jangan jadi impulsive buyer".
Impulsive adalah sikap ketika seseorang melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukannya. Nah dalam belanja pun kita harus perhatikan akibatnya apa jika terus menerus utang.
Tips Bijak Gunakan Paylater
Sebelum kenalan dengan paylater yang wara wiri di mana-mana, sebaiknya kita kenali dulu tips bijak gunakan paylater agar tidak "candu" dan menumpuk utang.
Dilansir dari Instagram resmi @indonesiabaik.id milik Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui kompas, ada beberapa tips menggunakan paylater agar utang tak menumpuk.
1. Batasi nilai pinjaman sesuai dengan kemampuan membayar
Sebelum klik paylater dalam membeli barang, sebaiknya tanya pasangan, gajinya cukup tidak untuk bayar setiap bulan. Ingat ya, tagihan dalam rumah tangga bukan satu barang saja, ada tagihan listrik, PDAM, anak sekolah, tagihan warung sayur dan lain-lain.
2. Pahami betul kontrak perjanjian
Sebelum klik paylater, pastikan sudah membaca syarat dan ketentuan. Berapa persen bunga setiap bulannya, berapa persen jika terlambat bayar dan Perhatikan tingkat suku bunga atau biaya layanan paylaterÂ
Kita tidak boleh asal baca, jika dalam kontrak perjanjian bahasanya sulit dipahami. Tidak ada salahnya kita minta bantuan orang lain untuk menerjemahkan.
3. Segera lunasi cicilan atau pinjaman paylater tepat waktu untuk hindari denda
Pinjam uang atau nyicil barang apa pun pasti ada bunga dan denda jika terlambat bayar. Jangan menunda cicilan karena semakin menunda akan makin besar dendanya.
4. Jangan mencoba
Agar tidak candu dan numpak utang di paylater, jauhi saja. Jangan coba-coba membeli barang bayar nanti. Pakailah peribahasa zaman dulu "ada uang ada barang". Jika ingin barang tertentu tanpa terjerat utang, kita harus nabung dulu. Tahan dan usaha lebih keras lagi agar bisa menyisihkan untuk beli sesuatu.
Perjuangan paling berat adalah menahan godaan belanja. Nah bagi emak-emak agar tidak candu, nggak usah buka-buka belanja online. Mendingan kita ke pasar saja pas awal bulan, tetapi ingat jangan kalap juga. Tips saya agar tidak kalap saat belanja adalah jangan bawa uang banyak. Hikhik.
Semoga bermanfaat.
Baca juga Empat Kemudahan Menggunakan Kartu Debit Mandiri Gold
Bahan bacaan Kompas.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI